Irisan Ketigapuluhdua
setelahnya
═════════════════
Ruang empat kali empat itu dibuat lengang lama. Atmosfirnya sama sekali tidak mengenakkan, macam mengungkung siapapun yang berada di dalamnya. Sedang dua yang sejak tadi terjebak di sana macam tak ada rencana untuk mengubah suasana. Bukannya tidak ingin, memang tidak bisa.
"Lucu sekali. Saat perjalanan kemari, aku dibuat sadar satu hal. Nyatanya, aku tidak pernah betul-betul ingat di mana letak gedung pusat kesehatan. Ke mana aku harus berbelok saat pertama keluar dari gedungku saja aku dibuat bingung sendiri. Selama ini aku hanya mengandalkan papan penunjuk arah."
Detik mengakhiri ceritanya, kemudian mengangkat kepalanya, lurus menatap kedua mata Eleah, "Sama sekali tidak ada jalan keluarnya, ya?"
Eleah menghela napas putus asa, "Obat-obatan hanya akan menghambat, tapi tidak menyembuhkan, Tik."
"Operasi?"
Eleah enggan berucap lagi, hanya lemah menggelengkan kepalanya, kemudian menurunkan tatapnya. Bukan hal mudah mengatakan semuanya pada Detik. Eleah mana sanggup dibuat berlama-lama menatap Detik.
"Manusia saja sedang dibawa ke planet lain, sedangkan orang pikun belum ada obatnya sampai sekarang. Dunia medis ini kerjanya apa, sih?" Detik terkekeh sendiri dengan ucapannya, sebelum rahangnya kembali dibuat mengeras. Bibirnya masih ingin berucap, namun getarannya terlalu hebat.
Ah, air matanya dibuat jatuh lagi.
"Berapa lama?"
Detik menghela napas lagi, kemudian melengkapi kalimatnya, "Berapa lama lagi aku bisa hidup normal? Atau setidaknya sampai aku masih bisa bekerja? Atau, mampu mengingat wajah orang-orang, atau bahkan nama mereka?"
Detik terengah-engah menyelesaikan kalimatnya.
Eleah tak sanggup lagi melihat Detik yang seperti ini. Ia melepas kacamatanya, berdiri dan melangkah agar berdiri tepat di sisi Detik, kemudian berlutut. Cepat-cepat ia mengulurkan tangannya, menggamit kedua tangan mungil milik Detik yang gemetar hebat. Dingin sekali, Hanya dengan menggamit kedua tangannya Eleah tahu bahwa perempuan di hadapannya ini sedang ketakutan setengah mati. Sepersekian detik ia dibuat menyesal tidak menerima tawaran Zaman kala itu.
Satu yang membuatnya lega. Detik yang mati-matian menginginkan kesembuhannya ini sama sekali tak berniat mengakhiri hidupnya macam Detik yang ia kenal.