Irisan Ketigapuluhenam
tamu tak terduga
═════════════════
Detik ucap begitu sambil melepas jas laboratoriumnya, kemudianmelipatnya dan menggantungnya di lengan kanannya. "Ayo bicara di taman. Awalmusim semi begini langit lagi bagus-bagusnya."
Karang menelengkan kepalanya sebentar sebelum mengangguk, dan mengikuti Detik ke tempat yang ia sebut taman itu. Ini pertama kalinya juga ia mengunjungi greenhouse. Dengar-dengar, di tengah gedung raksasa berbentuk setengah bola ini memang ada tamannya, katanya, indah bukan main. Tidak tahu juga lah, barangkali itu hanya bualan orang agrikultur untuk buat iri orang-orang climate.
"Suka teh atau kopi?"
"Suka Arabika." Mendengar jawaban cepat dari Karang, Detik dibuat terkekeh lagi.
"Orang yang sedang jatuh cinta itu suka menyama-nyamakan selera ya?"
Tidak mungkin Karang tidak tahu tentang betapa Zaman menggilai Kopi Arabika.
Mendengar ucapan Detik, Karang tidak membalas apapun. Langkahnya ikut terhenti saat langkah Detik terhenti. Keduanya kembali dihadapkan pintu lebar-lebar yang bisa ditebak ada apa di baliknya. Detik membiarkan permukaan telunjuknya dipindai oleh pengaman pintu, hingga akhirnya pintu lebar-lebar itu terbuka.
Dan sesuai dengan apa yang beredar, cantiknya bukan main.
Langit-langitnya dibuat tembus pandang, jelas sekali terlihat langit malam kemerahan di luar. Semak-semak dipotong bulat-bulat sepanjang jalan, bebungaan warna-warni ditata apik, lampu-lampu taman berwarna hitam dengan ukiran di sudut-sudutnya menambah hangat suasana. Namun tetap, yang pertama menarik perhatian Karang adalah air mancur raksasa di pusatnya. Putih, menjulang tinggi dan menawan.
Karang tetap tak ucap apa-apa. Mengekori Detik saja, melangkah di atas jalan batu alam. Macam tahu apa yang ada di benaknya, Detik betulan membawa Karang untuk duduk-duduk dekat air mancur di tengah-tengah.