Irisan Ketigapuluhsembilan
merencanakan bahagia
═════════════════
Detik sudah tulis rapi semuanya, apa-apa yang hendak ia lakukan esok di hari putih. Dan nomor satu dalam daftarnya adalah melupakan kalau hari esok bisa jadi kali terakhirnya bertemu si lelaki Segani itu. Bagi seorang Detik, kegiatan melupa harusnya bukan perkara sulit 'kan?
Sedang jam raksasa di seberang gedung menunjukkan pukul sebelas malam, dan Detik sudah bersiap dengan telepath di tangannya. Detik sudah tempel agak besar di papan kerjanya supaya tidak lupa ucapan Sani malam itu. Sani bilang, hari ini telepath-nya yang disita Mr. Hutcherson akan dikembalikan, berhubung masa pelatihannya sudah usai.
Dan Detik punya banyak hal yang perlu dibicarakan dengan si lelaki Segani sebelum menyambut Hari Putih. Pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti, Kamu akan menjemputku pukul berapa? Aku harus menunggumu di mana? Rencanamu apa saja? Kita akan melakukan apa saja? Aku juga punya rencanaku sendiri, mau lihat?
Ah, menunggu pukul sebelas lewat sebelas selalu mengundang debar menyenangkan baginya.
Lima menit tidak pernah berlalu selambat ini. Persetan dengan sisa tiga menit menuju menit ke sebelas, Detik langsung hubungi saja telepath milik Sani. Berhari-hari dibuat merindukan seorang Sani membuatnya jadi agak tidak sabaran.
Kebetulan sekali, yang dihubungi langsung merespon. Tidak seperti biasaya, Sani hanya mengaktifkan mode suaranya.
"Tik?"
"Oh, iya, San, kenapa?"
Dia yang menghubungi, dia yang tanya kenapa. Baru dengar sekali namanya dipanggil, Detik nyaris dibuat kehilangan akal sehat.
"Apa yang kenapa? Oh, ini ya? Maaf aku belum aktifkan mode visualnya. Anu, aku... Sekarang aku sedang mengganti baju seragamku. Ah, sebentar—"
Duh.
Kalau Sani bilang begitu, Detik harus membayangkan apa?