but, i will miss you

Da.me
Chapter #41

Irisan Keempatpuluhsatu | hidup seperti orang normal

Irisan Keempatpuluhsatu

hidup seperti orang normal

═════════════════

    

Raut wajah Detik dibuat merengut sejak tadi.

 Wajahnya mendongak sambil duduk-duduk di atas rerumputan. Sedangkan Sani baru kembali setelah agak lama pergi, sambil menenteng-nenteng payung kuning cerah, entah dari mana. Sambil mengernyit menatap langit, payung kuning terang itu ia buka, kemudian ditaruh di dekat punggung Detik, memang itu tujuannya. Matahari semakin tinggi dan Detik masih betah duduk-duduk di atas rerumputan tinggi di halaman belakang rumah Sani.

"Berbulan-bulan aku dibuat penasaran sama gajah di halaman belakang rumah kamu. Aku jadi menyesal."

Baru hendak Sani membuka mulut, Detik lebih dulu mendesah sebal.

"Jangan buka mulut kalau cuma mau bilang maaf. Omong-omong, bakat menggambarmu memang sepayah itu, ya? Kalau kamu enggak bilang itu gajah, aku kira dia kerbau hidung panjang."

Sama sekali tanpa menatap Sani, Detik ucap sambil memandangi gajah besar-besar yang digambar dengan krayon di dinding halaman belakang rumah Sani. Sesekali menggeleng sendiri, kemudian menyentuh dagunya dengan tangan kanannya, mengetuk-ngetuk bibirnya dengan telunjuknya. Sebetulnya Sani ingin tertawa melihat cara Detik mengamati corat-coretnya zaman SD dulu yang macam mengamati lukisan maestro ternama di galeri seni—seserius itu ia mencari letak estetika pada gambar gajah Sani.

"Kamu diomeli berapa menit oleh ibumu setelah ketahuan gambar ini?"

"Setengah jam. Untung ada ayah. Kata ayah, gambarku ini masterpiece. Ayahku sampai mengundang anak tetangga buat memamerkan karyaku. "

Sekarang Detik jadi tahu, gen sombong keluarga Sani asalnya dari mana.

"Oh, makanya gambar gajahmu itu dibiarkan saja sampai sekarang?"

"Enggak juga. Kalau itu sih, memang karena susah dibersihkan."

Detik mendengus lagi. Sebenarnya ia agak dilema, harus tertawa atau mengasihani lelaki dan gambar separuh gajah-separuh kerbaunya itu.

"Untungnya susah dibersihkan ya? Kamu jadi punya bahan untuk mengiming-imingi aku waktu itu."

"Oh, waktu itu kamu betulan ikut masuk karena ingin lihat gajah?"

Detik menatap Sani sekilas, lalu mengalihkan tatapannya lagi.

Lihat selengkapnya