Irisan Keempatpuluhdua
tujuhbelas milyar doa
═════════════════
Laju mobil mereka kini tidak sesinting tadi.
Berhubung sudah mendekati pusat kota, dan sesuai perkiraan Sani, semua manusia tumpah ke jalanan. Mau tidak mau, mobil Mr. Hutcherson mereka taruh di parkiran umum di sisi jalan, kemudian kelimanya berjalan menyusuri kota yang agak sesak, lebih sesak dari hari peresmian Icarus Express.
Bagaimana pun, Hari Putih itu hari perayaan seluruh umat manusia.
Toko-toko tutup, dan semua orang sedang dalam perjalanan untuk berkumpul di alun-alun kota sebelum pukul tujuh. Sebab tepat pukul tujuh nanti adalah puncaknya Hari Putih. Tepat pukul tujuh nanti—menurut waktu di sini, secara serempak seluruh umat manusia di dunia dari belahan bumi manapun akan menghelat doa bersama untuk keberangkatan esok. Seluruh umat manusia, tanpa terkecuali. Tanpa pandang pangkat, asal, maupun agama yang dipeluk, seluruh umat manusia bersatu melangitkan harap yang sama.
Tidak ada perintahnya sih harus berkumpul di alun-alun. Hanya, daripada sendirian di rumah, bukannya lebih menyenangkan bertemu dengan banyak orang dan berdoa sama-sama?
“Kita enggak akan bisa sampai ke pusat alun-alun. Terlalu penuh.” Zaman ucap sambil sibuk melihat sekeliling, beruntung ia didukung tinggi badannya. Setidaknya ia mampu menangkap apa-apa yang ada di beberapa meter ke depan.
“Padahal di pusat alun-alun orang-orang membagikan makanan gratis.”
“Justru karena itu alasannya kenapa pusat alun-alun sepadat ini.”
“Jadi rencanamu untuk jadi orang normal cuma sampai sini?”
Ah, Karang yang terhimpit orang-orang susah payah menyuarakan suaranya. Bagaimana pun, ini timing yang sempurna untuk menyerang balik Johnny dengan segala keangkuhannya.
“Desak-desakan begini juga bagian dari menjadi orang normal ‘kan? Kapan terakhir kali kalian desak-desakan begini? Lagipula, sekarang baru pukul lima. Masih ada sisa dua jam. Nikmati saja sambil lihat-lihat. Cerewet.”