××××
Bangun pagi lalu menyiapkan sarapan adalah rutinitas biasa bagi Rinai. Ayah dan sang ibu masih di ruko yang letaknya cukup jauh sehingga tidak memungkinkan bolak-balik. Keluarga Rinai bukan golongan keluarga berada namun masih bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari tanpa kekurangan satu apapun lagipula Rinai tidak terlalu menginginkan hal aneh-aneh selama tidak ada sangkut pautnya dengan keperluan sekolah. Berjalan kaki menjadi pilihannya karena jaraknya tidak terlalu jauh.
Baru kakinya sampai menapaki depan gerbang sekolah sudah ada guru kesiswaan bernama pak Indra datang menghadang padahal cuaca masih pagi untuk menghukum murid yang datang terlambat.
"Hati-hati Rin, mau dihukum tuh!" kata Aurel dari arah warung.
Rinai sedikit gelisah dan gugup lagipula mana mungkin dirinya dihukum di pagi-pagi buta begini.
Pak Indra menatap Rinai lalu dua anak laki-laki yang baru datang dengan wajah berang.
"Kalian tidak lihat jam?" tanya Pak Indra galak seolah hal ini adalah kesalahan fatal.
Semuanya kebingungan. Anehnya ada dua siswi kelas 12 baru datang dibiarkan masuk begitu saja oleh pak Indra tanpa dapat teguran padahal Rinai dan kedua murid laki-laki di sebelahnya malah kena. Apakah ini bisa disebut ketidakadilan?
"Lakukan push up seratus kali baru kalian bisa masuk!" ucap Pak Indra tegas tanpa penolakan pokoknya kesalahan Rinai dan dua laki-laki disampingnya tak bisa termaafkan.
Tidak ada waktu sebenarnya untuk mengelak karena Rinai harus piket secepatnya kemudian pak Indra menyuruh melaksanakan hukuman seakan Rinai siswi paling terlambat datang dengan berat hati akhirnya Runai menurut tetapi sebelum benar-benar melakukannya pak Indra tersenyum tipis.
"Masuk sana, bapak cuma bercanda." Pak Indra tersenyum membiarkan Rinai dan kedua laki-laki masuk ke kelas tanpa hambatan lagi.
Rinai bisa bernapas lega begitu pula dua anak laki-laki di sebelahnya. Ketiga murid sudah dapat hukuman bohongan atau anak-anak jaman sekarang menyebutnya dengan prank. Konon katanya Pak Indra guru kesiswaan yang galak bin kejam tapi tadi malah membuat hukuman candaan spesial untuk Rinai. Apa-apaan itu?
Pel sudah ditangan, tinggal mengambil air di tempat biasa di sediakan tetapi tidak ada ember di kelas. Rinai terpaksa hanya membasahi kain pel kemudian memerasnya dan terakhir mengepel lantai kelas 11 IPA-A dengan penuh semangat.