Sudah sepuluh menit Rinai berada di ruang kesehatan bersama Ratih yang memejamkan mata karena mengantuk. Kebetulan hari ini adalah Senin tetapi sedikit siswa yang mengeluh sakit sehingga di ruang kesehatan tidak terlalu ramai. Menjadi petugas kesehatan dadakan tak membuat Rinai kesal soalnya membantu orang adalah kewajiban.
Ketika Ratih terbangun, sedikit terkejut sebab ada siswa-siswi di ruang kesehatan lalu ia mencari keberadaan Rinai yang ternyata masih ada disini sambil mengipasi salah satu siswi yang pingsan.
Ratih turun dari brankar kemudian mendudukkan dirinya di kursi. Dia akan memberi kesempatan pada yang benar-benar sakit untuk tidur di brankar sekaligus kagum dengan kebaikan yang dilakukan oleh seorang Rinai Adistia.
"Rin, kamu nggak masuk kelas?" tanya Ratih heran oleh Rinai yang masih betah di ruang kesehatan.
"Kayaknya anak PMR lagi sibuk, aku bantu dulu sedikit," jawabnya.
"Kamu kan bukan anggotanya lagipula mereka nggak menyadari keberadaan kamu, Rin?" kata Ratih menambahkan.
"Daripada dikelas nggak ada temen."
Ratih tersenyum tipis membalas kemudian mengajak Rinai untuk pergi dari ruang kesehatan lagipula tidak ada yang peduli Rinai membantu atau tidak sehingga pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh anak-anak PMR malah dikerjakan oleh siswi yang hanya ingin minum teh gratis tapi berakhir jadi petugas.
"Padahal aku belum minum tehnya," celetuk Rinai lesu.
"Maaf Rinai," ujar Ratih tak enak.
"Nggak papa, kamu mau ke kelas?" Rinai berubah tersenyum.
Ratih mengangguk. "Kamu juga kan?"
Rinai terkekeh. "Iya lah, masa diem di UKS ngapain kurang kerjaan banget. Yuk ke kelas!" ajaknya.
Keduanya berjalan dengan riang kemudian Rinai berhenti tiba-tiba dan Ratih ikut menghentikan langkahnya. Ia kebingungan apa yang menyebabkan Rinai diam saja?
"Lihat apa, Rin?" tanya Ratih bingung.
"Lihat seseorang," sahut Rinai tersenyum tipis.
Ratih mengangguk kecil. "Kamu lagi suka sama siapa? Kasih tau dong!" pintanya.
"Kasih tau nggak ya? nggak deh, lagian nggak penting kok," elak Rinai ingin merahasiakannya untuk sekarang. Kalau besok, lusa atau besoknya lagi mungkin, bisa lah.
"Penting Rinai, kan bahagiamu bahagiaku, eaaa," lanjut Ratih terkikik geli.
"Apaan sih Ratih? nggak lucu, ayo jalan lagi nanti ditegur guru!"
***
Di kelas tapi tak mendapat satupun teman memang menyebalkan. Sudah berusaha menjadi yang mereka inginkan percuma dilakukan berakhir didiamkan tanpa alasan.
"Rinai gue mau tau jawaban nomor lima," ucap Gion mendekat.
"Kan kamu udah tau jawabannya."