But You

Yaraa
Chapter #8

8. Mimpi

Jam menunjukkan pukul 9 malam tapi Rinai kesulitan memejamkan mata. Ia masih terbayang bertemu pangerannya walau dari kejauhan tadi sore. Ia sangat senang dan rasa-rasanya semacam impian terkabul walau tipis-tipis. Bagaimana kalau mengharapkan sang pangeran jadi kekasihnya, apa akan terjadi juga?

Meskipun ditampar kenyataan kalau pangerannya lebih muda darinya. Paling rentang satu atau dua tahun tapi semoga satu tahun atau plot twist sama tahun lahirnya cuma sekolahnya ingin mundur. Sungguh pemahaman yang menyesatkan namun mau bagaimana, cinta seorang Rinai bertepuk sebelah tangan dan cukup menyakitkan sekaligus menyenangkan dalam satu waktu.

"Kok aku mikirin dia terus ya tapi dia ganteng gimana dong," ucap Rinai gregetan bahkan selimutnya disingkirkan begitu saja.

Pangeran A benar-benar memenuhi kepalanya sejak pertama jumpa sampai detik ini dan makin bertambah pula rasa penasarannya. Rinai ingin tahu minimal namanya masa terus dipanggil pangeran mengingat obrolan Ratih malah menyangkut pautkan dengan pangeran Arab sungguh diluar nalar. Ya, Rinai akui kalau pangeran Arab ganteng-ganteng cuma itu kejauhan dari segala aspek. Negara kemudian bahasa tetapi pangerannya juga sama saja sulit digapai walau satu negara dan bisa bertemu setiap hari. Wah, kenapa sulit begini padahal Rinai hanya jatuh cinta dan mengharapkan balasan.

Maka ada benarnya mencintai seseorang yang memberikan timbal balik. Tetapi, jangan salah dan jangan menyerah dulu sebelum sesuatu terungkap hingga bisa melepaskan suatu hari karena sepertinya bukan dekat-dekat ini. Rinai masih berharap dan harapan itu terus tumbuh layaknya tanaman disiram hujan gerimis di pagi hari.

"Pangeran!" gumam Rinai syok.

Oh astaga! Ini mimpinya atau apa? Pangerannya sedang berdiri disebuah tempat berteduh memandangi keindahan alam didepannya. Rinai mematung antara sadar atau tidak melihat pangerannya sendirian.

"Ini mimpi ya?" monolognya dan mencoba mencubit tangannya sendiri.

"Ah iya, kok gak sakit sih dicubit?"

Eh tapi kenapa bisa sadar ini dalam mimpi? Sayang sekali kalau memang benar padahal ingin bicara pada pangerannya sekaligus modus sedikit namun meski tahu ini hanya mimpi kenapa dirinya cuma mematung?

"Ayo jalan dong kaki!" pinta Rinai berusaha bergerak tetapi sulit.

Mimpinya sama sekali tidak bisa dikendalikan padahal mimpi ini jelas miliknya.

"Pangeran!"

"Kok suaraku gak keluar?" lanjutnya berdeham.

Benar-benar sial, sudah kakinya macam kena lem super bahkan mulutnya pun kehilangan suara. Tanpa diduga si pangeran menoleh kemudian turun menghampiri Rinai. Tunggu dulu! Ini Rinai sedang cosplay patung namun pangerannya malah mendekat lalu bagaimana ia harus meresponnya?

Pangeran A tersenyum lalu mengulurkan tangannya pada Rinai. Jangan tanyakan keadaan Rinai yang sudah pasti ingin membalas tapi terhalang keadaan. Tak kunjung mendapat balasan si pangeran berinsiatif menggenggam tangan namun ajaibnya Rinai bergerak kemudian si pangeran kembali tersenyum mengajak ke tempat awal berdiri.

Lihat selengkapnya