Satu Minggu berlalu, Rinai tidak melihat Rio sebutan baru untuk pangerannya. Ia sudah kangen berat melihat wajahnya, hanya melihat bukan sampai menyapa lagipula Rinai tidak memiliki keberanian lebih untuk melakukannya.
Ternyata merindukan seseorang dalam diam itu sangat menyiksa. Bagaimana jika sudah mengenal hingga percakapan terbentuk, bisa-bisa perasaannya makin tak karuan. Tempat yang biasa menemukan sang pangeran adalah lapangan namun setelah bel berbunyi lalu kumpul ditempat yang dimaksud tidak juga berjumpa dengan Rio.
"Apa dia sakit?" gumam Rinai khawatir.
Ya mau bagaimana. Rinai hanya menebak bahkan sampai sekarang belum banyak informasi yang didapatkan mengenai si pangeran atau apa ini pertanda jika Rinai harus berhenti?
Dengan langkah gontai, Rinai berbelok ke arah perpustakaan. Ia ingin lewat saja daripada jalan biasa yang sepertinya dihuni banyak murid sedang istirahat. Kemudian bagaikan mendapatkan durian runtuh sang pangeran muncul dengan langkah santai bahkan Rinai dapat melihat dengan jelas namanya yang tertera di bajunya.
Aksara Yudhana.
Nama itu nama yang Rinai butuhkan selama ini. Oke, ia akan mengingatnya atau menunggu konfirmasi dari Gion siapa tahu dia membenarkan penglihatan Rinai.
Tak hentinya Rinai tersenyum yang tadinya penjelasan guru di depan membosankan kini bisa ia pahami dengan baik. Ia mendadak memiliki energi untuk belajar apapun selama guru menerangkan. Setelah gurunya meninggalkan kelas, Rinai sibuk mencoreti isi buku khusus. Buku itu ia persiapkan sejak pertama bertemu pangerannya dan kini sudah ada poin yang bisa ditulisnya disana.
Aksara Yudhana menjadi nama paling besar dibuku itu. Biarlah Rinai menjadi penggemar rahasia yang tak akan terlihat karena Aksara... Adik kelasnya. Dipastikan beberapa hari ke depan ia merasa senang walau realitanya jauh.
Alangkah lebih baik seseorang yang dikagumi itu dirahasiakan kecuali orangnya dari kalangan selebriti jadi siapapun yang tahu tidak akan terkejut begitupun dengan Rinai. Ia akan merahasiakannya walau kadang ingin menceritakan pada orang terdekatnya.
"Kamu ada kegiatan setelah pulang sekolah?" tanya Bu Nira sembari membereskan buku-bukunya.