Tak terasa dua bulan lagi akan diselenggarakan kenaikan kelas. Itu tandanya, Rinai akan resmi menjadi kakak kelas senior. Meskipun tidak ada perkembangan dalam cintanya yang tak berbalas namun, sosok Aksara selalu ada di setiap sudut sekolah SMA 19 jika Rinai melangkah.
Aksara belum juga mengirimkan kode yang membuat Rinai spesial. Padahal, Rinai ingin sekali menyapa atau disenyumin Aksara yang nyatanya semua hanya ada di dalam mimpi indahnya. Mimpi pun sekarang jarang terjadi yang tadinya sering memimpikan eh setelah tahu namanya menjadi agak berkurang intensitasnya.
Baru kemarin mulai tahu nama lalu disadarkan jika Aksara hanya sebuah bayangan semu sangat mustahil untuk Rinai raih.
"Kelas kita mau nampilin apa nanti?" tanya ketua kelas duduk di depan sambil membawa buku catatan entah milik siapa.
"Nyanyi aja biar si Gion yang jadi pengiringnya."
"Gue? Lah kok jadi gue?" Gion kaget tiba-tiba namanya dibawa-bawa. Ia tak menyimak dengan baik penjelasan ketua muridnya yang kadang tidak jelas.
"Bukannya lo bisa main alat musik?"
Gion pasrah. "Okelah, tapi yang nyanyi siapa?" lalu menoleh pada Rinai. "Rin, lo bisa nyanyi? Oke, guys si Rinai aja, cepet tulis!" lanjutnya memutuskan dan semua tahu jika ia bercanda tetapi sangat tidak lucu lagipula Rinai malu hanya untuk mengeluarkan suara terlebih namanya menyanyi. Rinai lebih suka menyanyi dalam kamar ketimbang bakat terpendamnya disaksikan oleh kelompok orang.