Suara denting gelas dan sendok beradu memenuhi dapur. Seorang wanita paruh baya sedang membuat dua gelas teh hangat. Dia kemudian mengambil biskuit dari dalam lemari dan menyajikannya di piring, setelah itu dia membawa kudapan tersebut menuju ruang tamu. Di sana ada dua perempuan muda yang tengah sibuk membaca lembaran-lembaran kertas. Mereka tampak sibuk tetapi menyadari kehadiran Lizabeta.
“Aduh, Tante. Seharusnya tidak perlu membuatkan minum,” ujar Wulan lalu tersenyum. Dia jadi tak enak hati karena harus merepotkan ibunda sahabatnya padahal dia tidak akan lama berada di rumah Kimberly.
Liza menaruh kudapan dan teh hangat di meja. “Tidak usah sungkan, Nak. Ibu berterima kasih karena kamu selalu menjadi teman terbaik bagi Lily.”
“Ah, Tante bisa saja. Kalau begitu, Wulan minum ya.”
Wulan meminum teh hangat buatan Liza yang rasanya sangat manis. Dia sebenarnya tidak terlalu suka dengan minuman manis, tapi dia toh harus menghargai tuan rumah yang telah menjamunya.
Kimberly sendiri sedang sibuk menandatangani lembaran kertas. Hal ini menarik perhatian Liza yang sedari tadi duduk di sofa single.
“Kalian kan sudah lulus kuliah. Rencananya kalian mau melamar kerja di mana?” tanya Liza penasaran. “Kalian lagi sibuk membereskan tugas ya?”
“Bukan, Bu.” Kimberly kini menatap Liza yang tampak kebingungan. “Aku dan Wulan rencananya mau memulai usaha.”
“Usaha?” Liza tampak tidak yakin karena dia sering membaca surat kabar kalau banyak usaha yang gulung tikar karena susahnya mencari pelanggan. “Kenapa kalian tidak melamar kerja di bank? Bukankah sedang ada lowongan besar-besaran?”
Kimberly menjawab, “Bu, aku dan Wulan sudah merencanakan ini sejak lama. Kami juga sudah menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan usaha kami. Aku dan Wulan sangat yakin kalau usaha ini akan sukses.”
“Betul, Tante. Kami sudah merancang ide usaha saat masih semester tiga. Aku pikir rencana kita sangat matang sehingga kami berani mengambil risiko.” Wulan tampak juga meyakinkan Liza.
“Ibu senang kalian sudah punya tujuan hidup, tapi tidakkah kalian ingin bekerja dulu? Memulai usaha membutuhkan modal yang besar. Tidak hanya itu, kalian juga butuh tempat kan? Menyewa tempat itu mahal sekali.”
Liza tersentak kaget saat Kimberly menggenggam tangannya sambil berlutut. “Ibu sudah menjadi orang tua yang baik bagi Lily. Lily punya modalnya dan kita telah menemukan tempat usaha untuk memulai usaha kita.”
“Memangnya kalian ini mau membuka usaha apa?” Liza menyuruh Kimberly kembali duduk di kursi. Dia tak terlalu suka apabila putrinya harus tampak memohon padanya.