Lonceng pertanda berakhirnya pelajaran telah berbunyi. Para murid yang mengikuti latihan drum band langsung berkumpul di aula basket.
Dana meminta surat persetujuan dari masing-masing orang tua anak didiknya, untuk latihan drum band ini. Terkecuali Aluna yang beralasan tertinggal di rumah.
Sebelum memulai latihan, Beno memimpin doa dan yel-yel untuk membangkitkan semangat mereka.
Mereka memulai dengan membahas lagu apa saja yang akan di bawakan dalam perlombaan.
Setelah selesai mereka mencari tangga nada di pimpin Dana dan para senior personil drum band.
Kanaya memegang kendali di perkusi. Thea memegang kendali di bellira. Lessy memegang kendali tim pemandu sorak. Ira memegang kendali di paramandani. Beno memegang kendali di bas. Dan Aluna memegang kendali mayoret.
Setelah satu jam, mereka mencoba menggabungkan semua alat musik. Tidak mudah tapi mereka mencoba lagi. Hingga Dana memutuskan untuk beristirahat sejenak.
"Lu yakin mau ikut latihan juga?" tanya Kanaya.
"Terima kasih lu udah perhatian sama gua," jawab Aluna tersenyum.
Pandangan Kanaya tertuju pada kaki kiri Aluna.
"Tapi jangan berlebihan juga," ketus Aluna.
Aluna tidak mau ada yang khawatir berlebihan padanya. Apalagi soal cedera di kakinya.
Dari kejauhan, Dana memperhatikan mereka dan menghampiri.
"Kamu nggak apa-apa, Lun?" tanyanya.
Aluna hanya mengangguk-anggukan kepalanya.