Dua minggu sudah latihan itu berjalan. Membentuk formasi-formasi dengan menyatukan kekompakkan nada. Tak mudah, mereka pun terus mengulangi.
Dana meniupkan pluit.
"Kita istirahat dulu!"
Aluna meringis, merasakan sakit di kakinya.
"Pasti bisa! Gua nggak boleh cengeng," gumam Aluna.
Aluna berjalan ke toilet. Sesampainya di sana, Aluna membasuh mukanya. Cairan bening dari ujung mata menghiasi wajah.
"Lu nggak pa-pa, Lun?" tanya Lessy yang datang tiba-tiba bersama Ira.
Ira melihat keadaan Aluna sedang tidak baik segera berlari keluar toilet dan menghampiri Dana.
Dana terkejut setelah Ira membisikkan di telinganya. Ia berjalan cepat ke arah toilet.
Lessy yang masih menemani Aluna di toilet bingung harus berbuat apa. Aluna masih meringis memegangi kakinya dengan posisi duduk di lantai.
Dana datang dan langsung masuk ke dalam toilet segera membopong tubuh Aluna. Di bawanya Aluna ke koridor kelas dan membaringkannya di bangku panjang.
Dalam posisi duduk dan kaki di sejajarkan, Dana menarik celana panjang Aluna yang kiri hingga sebetis.
Ia meraba kaki Aluna. Terasa ada ganjalan di kaki kiri Aluna.
"Kamu terlalu capek," ucap Dana.
Aluna hendak berdiri namun Dana mencegahnya.
"Udah, kamu di sini dulu biar Ira yang nemenin kamu."