Butterfly Era (Season 1)

Noonanisa
Chapter #2

2. EPS 1 - CINTA PERTAMA (PART 1)

JULI 2019

"Nguuuuiiiingggg... unggg... nguingg..."

Suara toa yang digenggam panitia MPLS itu melengking tajam, membuat Casis (calon siswa) yang tengah ngobrol-ngobrol santai seketika panik. Teriakan DOK (DPS, OSIS, KAMTIB) yang menggema kasar membuat suasana tambah mencekam. Gerbang SMANSA dibuka. Semuua casis berlari masuk.

"Woe! Cepetin, Casis lambat" teriak seorang panitia berkemeja kerja KAMTIB dengan ban lengan bertuliskan SENIOR, dia adalah Satya, Komandan KAMTIB SMANSA.

"Siapa yang suruh jalan, jongkok SEMUA..." panitia lain dengan baju kerja OSIS dan ban lengan bertuliskan SENIORITA memberikan komando baru, dia adalah Gita, Ketua OSIS SMANSA.

Semua siswa mengikuti perintah berjalan jongkok menuju lapangan upacara pembukaan MPLS.

"Cepetin jalannya, lelet, dikira waktunya gak mepet, woee!!!!"

"Woe! Jongkok, jongkok, CASIS!!!"

Suara terikan DOK bersaut-sautan, Casis yang ketakutan mempercepat jalan jongkoknya. Namun, balon yang digenggam masing-masing Casis cukup mengganggu jalan mereka, sampai akhirnya...

"Woe siapa tu balonnya terbang!!!" teriak salah satu panitia dengan baju kerja DPS (Dewan Perwakilan Siswa), dia Ganta Ketua DPS SMANSA, dia menunjuk ke arah sebuah balon berwarna pink yang terbang.

"Udah dibilangin, pegang balon kalian erat-erat, dimana kuping kalian, CASIS!!!"

"Ngaku woe!" teriak Ganta.

Semua Casis tidak ada yang berani mengaku, mereka tetap menunduk berjalan jongkok menuju lapangan. Sementara, DOK masih memantau dan memberikan teriakan - teriakan rohani ke Casis.

🦋🦋🦋

Di Lapangan, anak-anak PMR telah menunggu kedatangan Casis sambil menyiapkan perlengkapan kesehatan.

"Guys, semuanya udah ready kan? Tandu? Obat-obatan?" ucap perempuan dengan rambut hitam panjang diikat ponytail, rompi dan topi berwarna biru dongker dengan logo PMR lengkap dengan ban lengan bertuliskan KETUA, telah menunjukkan bahwa dia adalah Ketua PMR SMANSA, Nadhira.

"Aman, semuanya udah kita bawa, sekarang tinggal bagi tugas aja." Jawab anak PMR lainnya,

"Kar, Ris, lo di sebelah sana, terus gue sama Ara di sini, nah lo Rin..." ucapannya terhenti saat matanya menangkap Airin yang sedang menguap lebar sambil merentangkan tangan, seolah baru bangun tidur di tengah medan perang.

"Uahemm... mereka yang MPLS gue juga yang bangun pagi." Gumam Airin yang harus datang lebih pagi dari Casis.

"Rin lo ngantuk, ini udah pagi lho?" tanya Nadhira.

"Lumayan sih, tapi aman kok, gue tugas dimana?" menjawab sambil menggaruk kepala, merasa malu, ia tak sadar ada Nadhira di sana.

"Lo tugas di sebelah sana tuh, kalau lo masih ngantuk mending cuci muka dulu gih"

Airin berjalan meninggalkan Nadhira menuju tempatnya bertugas. Nadhira menggelengkan kepala, heran melihat Airin yang nampak tak semangat menjadi Sie kesehatan MPLS tahun ini.

Disaat itu juga rombongan Casis dan DOK sudah terlihat memasuki lapangan. Casis mulai berdiri tergesa - gesa dan sibuk menoleh kesana kemari mencari teman-teman satu pletonnya. Wajah mereka tampak panik, seakan-akan sedang diburu waktu, dikejar hari kiamat. Teriakan DOK masih menjadi musik pengiring keriwehan mereka.

Airin melihat pemandangan pagi itu, ia merasa ini bukan hiburan, awalnya wajahnya datar, lalu merengut, bukan ingin terlihat galak, tetapi ia kesal.

"Katanya penjajahan dunia harus dihapuskan, lah ini baru dimulai." Gumam Airin yang prihatin melihat cara sekolah-sekolah di negerinya menyambut kedatangan siswa baru.

Suasana mulai kondusif, semua casis sudah berbaris rapi sesuai pletonnya. Upacara pembukaan akan segera dimulai. Namun, tiba-tiba, seorang poerempuan dengan baju SMP dan rambut dikepang dua terlihat berjalan santai dari ujung gerbang menuju lapangan upacara. Kodam singa mengaung DOK pun kembali bangkit.

"Ada yang terlambat gusy."

"Woe lambat, cepetin, udah ditungguin"

"Woe, di kira sekolah punya bapak kau, hah?"

"Cepet, Woe cepet!!!" Terikan DOK beradu, bahkan paduan suara pun kalah.

Lihat selengkapnya