Buya Hamka

Falcon Publishing
Chapter #1

Lelaki Sekecil Nyamuk

Sayup-sayup, suara cempreng anak-anak mengaji di langgar kampung itu, mengalir bersama angin Sukabumi. Menyelusup melewati sela-sela pintu yang terkunci. Mengantarkan rasa bulan puasa yang intim dan sejuk ke hati laki-laki ini. Dia sungguh perlu semua kesejukan ini karena dalam kurungan pengapnya, hawa terasa semakin mendidih, setiap hari.

“Orang tidak tahu diuntung! Susah payah kita merdeka, sekarang negara ini akan saudara hancurkan. Orang macam apa saudara ini.”

“Jangan jadi pembohong besar! Mengaku sajalah. Semua bukti mengatakan saudara ikut rapat kudeta.”

“Sudah setua ini, mau menjual negara ke Malaysia. Mau membunuh presiden pula. Dasar pengkhianat!”

Demi mendengar dirinya disebut pengkhianat, menggelegak perasaan laki-laki berumur 56 tahun itu. Pengkhianat? Kata itu bagai tikaman belati yang tepat merobek jantung. Dadanya berdebur, memompa darahnya ke segala penjuru badannya. Dia bisa merasakan urat lehernya berdenyut-denyut.

“Saya tidak bersalah. Tuduhan ini bohong,” balasnya sambil menggertakkan gigi. Otot gerahamnya bertonjol. Muka dan telinganya memerah dan panas.

“Saudara yang pembohong!” bentak mereka berulang-ulang. Apa yang harus diakuinya? Semua tuduhan mereka hanya omong kosong belaka. Pintar sekali mereka memilih kata-kata setajam sembilu. Pedih, perih bagai mencacah jiwanya.

Seberapapun usahanya menenangkan diri, emosinya terasa memanjat sampai ke ubun-ubun dan napasnya mendengus tersengal- sengal menahan amarah. Padahal dia sedang puasa. Ini Ramadan. Bulan serba menahan.

Lihat selengkapnya