Buya Hamka

Falcon Publishing
Chapter #2

Surat Tak Sampai

Semakin hari Hamka merasa semakin letih. Badannya terasa remuk dan pikirannya berkabut. Tapi setiap kali Hamka berharap pemeriksaannya berakhir, petugas itu datang dan datang lagi. Dengan pertanyaan dan ancaman yang hampir sama, diulang-ulang oleh beberapa orang yang berlainan. Kalau Hamka tidak mengakui juga kesalahannya maka mereka akan menyiksanya secara fisik dengan keras. Mereka datang suka-suka. Siang malam, bahkan sampai menjelang subuh. Barulah ketika badannya sudah layu terkulai dan tidak mampu menjawab lagi, pemeriksaan berhenti, lalu dia ditinggal sendiri.

Ketika derap kaki para pemeriksa menjauh, dia bergelung ke- dinginan di kegelapan ruang tahanan Sukabumi itu. Hamka menghela napas dan bersyukur. Alhamdulillah dia masih selamat dan hidup sampai detik itu, tapi entah untuk berapa lama dia aman. Karena besok mereka akan datang lagi.

Kesalahan apa yang harus aku akui, kalau semua tuduhan mereka aku tidak tahu-menahu. Membunuh Bung Karno? Yang benar saja. Walau aku tidak sejalan dengan politiknya sekarang, tak terpikir aku menyakitinya. Dia bukan orang biasa, dia kawan lama, yang bagai saudara angkatku.

Dulu, Bung Karno adalah pemimpinnya yang dia kagumi, sayangi, dan segani. Kini dia tidak tahu harus bagaimana menggambarkan hubungan mereka. Dia ditangkap dan dijebloskan ke penjara oleh rezim saudaranya sendiri.

Lihat selengkapnya