Langkah Cinta

YanuarSandieWijaya
Chapter #4

Takdir

Takdir, sebuah kata yang mempunyai makna bahwa setiap orang jalan hidupnya sudah di Gariskan oleh yang maha kuasa.

***

Dengan posisi merebahkan tubuhnya diatas kasur, ia menghadap langit - langit. Dia terbayang masa lalu dengan Salma, apapun dia berikan untuk Salma, dia hanya menyesali kenapa tidak melakukan usaha yang lebih, hanya menjadi selalu ada untuk Salma.

Dimas menggeleng kepalanya kuat – kuat, bagaimana bisa ia masih kepikiran Salma yang sebentar lagi menikah dengan orang lain.

Tiba – tiba jeritan ponselnya mengiterupsi lamunannya. Tertera Nomor tidak dikenal, dengan ragu ia menjawab panggilan itu.

"Halo selamat malam?" Suara seorang gadis terdengar diujung telepon.

"Iya, ini siapa ya?"

"Em, saya ngeliat cuitan, tulisannya, kamera hilang." Dimas sontak bangkit dari tempatnya.

"Iya, itu Kamera saya yang dicari." Seru Dimas heboh. Aya mengerutkan dahinya karena nada bicara orang ini yang begitu panik.

 "Iya – iya santai dulu mas saya mau nanya dulu." Aya mencoba meyakinkan dan memastikan bahwa orang yang di telepon benar pemiliknya.

Aya menanyakan ciri – ciri dan waktu kehilangannya. Yang dijawab Dimas dengan jujur, dan bisa terkonfirmasi bawah ini adalah benar kamera miliknya.

"Kamera saya udah sama mbak berarti? Kalo gitu sekarang mbak dimana? Bisa ketemuan sekarang? Saya butuh banget soal nya."

"Emm, yaudah gini aja, saya bisa ketemu sekarang di kafe seberang mall ya." Kafe yang Aya maksud adalah kafe tempat Amel bekerja.

"SIAP MBAK!" Setelah berseru, Dimas menutup teleponnya, Dahinya mengernyit menatap layar gawainya.

Kayanya gue kenal deh suara ini.

***

Sesampainya di kafetaria, Aya mendapati Aldi sedang bemesraan dengan Gita, berjalan sambil berpegangan tangan. Aya menyipitkan matanya dari kejauhan memastikan yang dia lihat itu benar pacarnya atau bukan.

Aldi yang menyadari kehadiran Aya sontak melepas genggaman tangannya dari Gita "Sayang, Aku bisa jelasin semuanya."

Aya membekap mulutnya sambil berjalan mundur menghindari Aldi. Selaput bening sudah melapisi matanya.

"Aku ga nyangka. Kamu bilang itu pacar sepupu kamu." Aya terisak, masih tidak percaya dengan penglihatan didepan matanya. Aldi meraih tangan Aya, namun dengan cepat Aya menyergah.

"Cukup Al. Kamu udah ga perlu jelasin apa apa lagi." Aldi mencoba memeluk Aya, tangannya melingkar di tubuh gadisnya, Dengan cepat Aya mendorong Aldi, di susul dengan tamparan keras yang mendarat di wajahnya.

"Heh! Jangan kasar sama cowok gue!" Suara Gita membuat Aya terperangah, semakin meyakinkan Aya bahwa Aldi telah menghianatinya. Aya menatap nyalang pada Aldi, terlihat jelas kekecewaan dari matanya.

"Aya." Panggil Aldi lirih.

"Cukup Al. Aku–" Aya tak mampu menyelesaikan kalimatnya karena selanjutnya Aya hanya terisak. Gadis itu melenggang pergi begitu saja, membawa rasa kecewanya sendirian.

Cowok brengsek.

Aldi mematung ditempatnya, ia masih tidak percaya bahwa dirinya sendiri telah menghianati Aya.

Lihat selengkapnya