Ku ingin satu hari saja, bersamamu, menjadi orang yang paling dekat denganmu, menjadi orang yang ada di matamu selama satu hari penuh.
***
Bunyi notifikasi di handphone mengalihkan aktivitas sarapannya. Aya bergegas mengambil handphone nya, Tertera nama Dimas dilayarnya.
“Dimas : Sibuk ga?? Jalan yuk!”
Sebuah pesan singkat dari Dimas membuat Aya membeliat. Alih – alih menjawab pesan, Aya justru langsung menelepon Dimas tanpa pikir panjang.
"Ya Halo." Aya bisa mendengar suara Dimas diujung sana.
"Mau ngajak jalan?" Tanya Aya dengan makanan yang penuh di mulutnya.
“Lo Lagi makan?”
“Hmmm.” Aya bergumam karena mulutnya masih penuh.
“Iyaudah cepet mandi, abis itu prepare. Terus kita jalan, Mumpung weekend." Hari ini hari Sabtu, Dimas libur kerja dan Biasanya Aya pun libur Perkuliahan jadi mungkin ini hari yang tepat untuk mereka melepas penat.
"Yaudah deh. Emang mau kemana si?"
"Udah siap siap aja, satu jam lagi gue jemput." Setelah pamggilan terputus, Aya menatap ponselnya sebentar mencoba mencerna kata – kata Dimas yang tadi. Setelah menyadari sesuatu, ia segera berhamburan bangkit menuju kamar mandi.
"Jalan – jalan yuhuuuu." Aya berseru girang seraya melangkah ke kamar mandi.
***
Sebuah motor harley baru saja memsuki pekarangan rumah Aya. Dimas tiba di depan rumah Aya yang kemudian di sambut dengan bu Sarah yang sedang menyapu Halaman Depan.
"Eh Dimas. " Tanpa perlu dipastikan lagi, Bu Sarah mengenali Dimas yang baru saja tiba, sepertinya motor Harley sudah menjadi ikonik bagi seorang Dimas.
Ka Nia yang mendengar suara Bu Sarah, berjalan menuju depan, penasaran dengan yang namanya Dimas. Gadis itu melihat Dimas menyalimi tangan Bu Sarah terlihat begitu sopan, Nia tertegun ketika Dimas menoleh ke arahnya.
Dika?? Batin Nia, keningnya mengernyit kebingungan.
Dimas hanya menatapnya datar tidak mengenal siapa sosok yang sedang memperhatikannya itu. Tidak lama Aya keluar dari pintu dengan gaya yang jumawa.
"Anak ibu keluar keluar cerah banget." Ujar Bu Sarah.
"Iya dong bu. Aya kan selalu cerah.” Jawab Aya sebelum beralih pada Dimas. “Eh, ada Dimas, kok lo ada disini? padahal kan gue belum setuju lo ngajak gue jalan.” Dimas menaikkan sebelah alisnya.
“Emang lo bakal nolak?” Bukannya menjawab, Aya justru nyengir, setelah itu menaiki motor Dimas di bangku penumpang.
"Tante, Kita pergi dulu ya. " Pamit Dimas pada Bu Sarah seraya menyalimi tangannya.
"Yaudah kalian berdua hati hati, "
"Oke bu." Jawab Aya mengacungkan jempolnya.
"Hati - hati jatuh hati maksud nya." Bu Sarah berseru mengejek. "Ibu." Kening Aya mengerut tak terima. Bu Sarah hanya tergelak ditempatnya begitupun dengan Dimas. Ia menaikkan sebelah alisnya menatap Aya, Gadis itu menyadarinya, kemudian menakup wajah Dimas dan menolehkannya ke arah depan.
Detik selanjutnya, Dimas melajukan motornya. Setelah itu mereka berdua tenggelam di telan oleh jarak dari pandangan Bu sarah. Sementara Nia masih berpikir setelah melihat sosok Dimas yang mirip dengan seseorang yang ia kenali.
***.
Lelah Menempuh perjalanan selama beberapa jam, mereka mampir dulu untuk makan baso di pinggir jalan, tempat favorit Dimas.
"Kok berhenti?" tanya Aya yang masih mematung diatas motor.
"Makan dulu, emang ga laper?" Jawab Dimas. Aya tampak mengetuk ngetukan dagunya seraya bergumam sebentar lalu menjawab "Laper si."
"Yaudah turun dulu." Titah Dimas seraya melapaskan helm. Aya menuruti perintah Dimas, lalu memasuki tempat makan begitu saja dengan helm yang masih menyangkut dikepalanya.
"Woy." panggil Dimas yang langsung membuat Aya menghentikan gerakannya sebelum berbalik.
"Helm buka dulu! Kebiasaan banget!" Seruan Dimas membuat Aya menatap ke atas kepalanya lalu memukul jidat.
Kebiasaan!
***