Apapun yang terjadi didunia ini selalu mempunyai arti, bertemu denganmu contohnya.
***
Malam itu begitu dingin, udara dingin khas puncak selalu menyelimuti angin malam disana. Dimas sedang berdiri didepan teras seraya menatap gawainya yang berisi pesan Dari Salma, Angin yang dingin menusuk hingga tulang membuatnya merinding, hingga Dimas bingung ini merinding karena angin atau pesan dari Salma.
"Salma : Udah lama kan gue ga cerita?? Gue mau cerita sama lo, bisa nya kapan?"
Dimas masih menatap lamat – lamat pesan itu sampai teringat saat kejadian dimana Salma meminta penjelasan darinya, malam sebelum Aya Dan dirinya sampai ketempat ini.
Saat itu Salma memperlihatkan air matanya di depan Dimas, dengan tangis teriak.
"Lo kenapa Sal? Siapa yang udah buat lo nangis? "
"Lo sendiri Dimas! Lo sendiri yang udah buat gue kaya gini." Dimas bingung mengernyit bingung, ia masih berperang dengan pikirannya sampai surat yang ada dibingkai fotonya menghilang mengahantam ingatannya.
"Jangan bilang kalo surat gue–" belum sempat Dimas menyelesaikan kalimat nya Salma memotong. "Rizky baca surat lo." Dimas terbelalak, jawaban atas pertanyaan tentang surat dibalik bingkainya terjawab.
"Berarti lo. "
"Dim, gue sayang sama lo, tapi, " Salma menggantung kalimatnya sebelum melanjutkan.
"Kenapa lo simpen sendiri perasaan lo itu?" Dimas menatap Salma dengan rasa penuh bersalah. "Gue tau gue salah, gue salah udah sayang sama lo lebih dari sahabat. "
"Ga ada yang Salah Dim." Tukas Salma. Gumpalan hangat muncul Disudut mata Dimas, jemari Salma yang pergi mengusap Gumpalan air mata yang mulai menetes dari sudut matanya.
"Gue emang pengecut Sal." ucap Dimas dengan mata yang terpejam.
"Tatap mata gue Dim." Dimas menurut, menatap dalam – dalam mata Salma, berkaca – kaca dilihatnya, air mata yang sudah mengalir deras sejak tadi membuatnya merasa bersalah.
"Selama ini lo ga pernah buat gue nangis, tapi ini untuk pertama kali nya," ucap Salma dengan suara getir. "Apa yang lo liat dari mata gue?" Dimas terdiam cukup lama lalu menghela nafas sebelum menjawab.
"Penyesalan." jawab Dimas. Tangis Salma semakin pecah malam itu, Dimas mendekap Salma dengan erat. "Maafin gue Dimas, gue ga bisa berhenti, Gue ga bisa hianatin Rizky."
"Gue ngerti Sal, gue ngerti, lagipula itu cuma perasaan yang udah gue kubur lama banget. "
"Dimas, gue cuma mau sampein perasaan gue juga, " Dimas mematung mendengarnya.
"I love you," senyum miris tergambar diwajah Dimas ketika mendengarnya.
"Ga adil kan rasanya jika lo mencintai seseorang sendirian." Sambung Salma setelah beberapa detik terdiam. "Seengga nya gue lega, gue tau perasaan lo ke gue, tapi salahnya gue cuma terlambat aja dari laki - laki lain." Suara Dimas terdengar parau, namun Salma yang mendengarnya mengerti. "Kalo gitu, semuanya selesai, gue juga lega udah mencurahkan semua nya ke lo. "
"Sal."
"Hmm?? "
"Semoga kebahagiaan mengikuti mu selalu." Detik selanjutnya, Mereka memeluk satu sama lain, mencurahkan segalanya yang ada dihati masing masing.
Seseorang telah melepas kepergian sahabatnya menuju kebahagiaan bersama pasangan hidup nya selamanya, ia yang setia sebagai pendampingnya, akhirnya harus melepas kepergian dengan perasaan yang sudah tersampaikan setelah bertahun - tahun menyimpannya.
***
Dari jendela, Aya melihat Dimas masih berdiri mematung sambil menatap gawainya, dengan langkah yang mengendap – endap, Aya mencoba menghampiri Dimas.
"Dor." Bisik Aya seraya menunjuk punggung Dimas. Pemuda itu terkekeh pelan.
"Kalo kaya gitu mana ada orang yang kaget." Dimas berbalik kemudian mengacak – ngacak rambut Aya, Gadis itu mencebik sebal.
"Lagi ngapain si?" Tanpa permisi, Aya menjulurkan kepala menatap layar ponsel Dimas. "Oww dari Salma." Ujar Aya dengan nada sedikit mengejek.
"Salma ngajak ngedate gimana dong?" Pancing Dimas sengaja menggoda gadis di hadapannya sekarang. "Yaudah, bagus dong." Jawab Aya sambil berbalik badan dan melipat kedua tangannya didepan dada.
"Cemburu? " Aya melotot mendengar pertanyaan Dimas. "Siapa yang cemburu Geer banget". Aya berujar, tubuhnya masih belum berbalik ke arah Dimas.
Senyum jahil tergambar diwajah Dimas, perlahan menghampiri Aya yang berpaling darinya, mendekati Aya perlahan dari belakang lalu memiringkan kepalanya.
"Tuh kan cemberut." Dimas berseru mengejek.