Pulang bukan hanya tentang rumah, bukan hanya tentang keluarga, bukan hanya tentang orang yang dicintai.
Mendapat pengakuan dari lingkungan sekitar juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk pulang, bisa dijadikan tempat berteduh dari badai kenyataan yang menerpa.
Kalau setiap manusia bisa berbagi, kenapa harus membawa semuanya sendiri?
***
Mungkin ini adalah waktu yang tepat bagi Aya untuk menenangkan pikiran sejenak setelah mengurus beberapa kegiatan kepanitiaan dan kegiatan kampus, diantara mereka ber-tiga Aya lah yang paling sibuk, bagaimana tidak, dia termasuk salah satu divisi acara, divisi yang begitu penting.
Disini lah mereka, Disebuah mall di ibukota. Sebut saja Mall Taman Anggrek.
Siapapun bisa melihat tiga orang gadis itu sedang berusaha melepas penat mereka, itu karena saat ini mereka ada disebuah timezone yang sedang memainkan dance floor hingga mereka tertawa terpingkal – pingkal seperti itu.
Tidak lupa juga mereka beralih pada permainan lain yang tersedia disana, mereka pun terlihat begitu girang dan bahagia, persis seperti anak kecil yang baru menemui tempat seperti ini, siapapun bisa melihat itu, kehangatan persahabatan pun dapat terlihat sedang menyelimuti mereka.
Setidaknya ini bisa mengalihkannya pada kenyataan yang begitu pahit, ia masih punya kedua sahabatnya yang selalu sedia kala menjadi penguat benteng pertahanannya.
Mereka bertiga masih asik keliling mall sampai Dewi mengusulkan untuk pergi karaoke, tanpa pikir panjang, mereka menyutujui ajakan Dewi. Aya sudah memikirkan baik – baik bahwa ia akan berteriak sekencang – kencangnya di ruang karaoke nanti, siapa tau itu bisa melepas semua bebannya.
Setelah sampai ditempat karaoke dan memesan ruang, mereka bertigapun memulai konser menyanyi yang padahal suara mereka semua tidak ada yang bagus sama sekali, paling bagus suara mereka hanya bisa dipakai untuk sesi perghibahan manjalita, apalagi seorang Dewi yang suaranya akan menjadi merdu ketika memulai sesi Ghibah.
Tapi mau bagaimanapun, mereka tetap menganggap suara mereka begitu indah didengar apalagi kalau hanya diantara mereka yang mendengar suara masing – masing, mereka akan merasakan euforia bagaikan konser solo.
Tiba bagi Aya untuk giliran bernyanyi, Aya yang sebelumnya memang suka lagu korea tapi tidak pernah bisa mengucapkan bahasa korea dengan lancar memilih lagu ‘EXO – Universe.’ Entah kenapa ia memilih itu, tapi hatinya hanya sedang ingin bernyanyi lagu itu.
"Emang lo bisa nyanyinya?" sindir Amel yang sedang duduk bersandar.
"Yah, dengerin dulu baru komen."
Aya mengambil mic lalu mengibaskan rambutnya dengan gaya jumawa bagaikan artis besar yang akan memulai bait bait lagunya yang siap menghipnotis para penonton dengan suaranya yang merdu. Suara intro dari lagu sudah terdengar, sebelum ia memulai sesinya untuk bernyanyi.
"maemga bandelo, ape mari tawa." *Lirik lagu korea ceritanya
Dewi dan Amel hanya saing tatap, padahal harusnya Aya menyanyikan lirik korea tapi entah apa yang Aya sebut barusan.
"Lo ngomong apa si Ay." Ucap Dewi seraya terkekeh.
"Hmmmm.hmmmm"
Dewi dan Amel makin terkekeh, kali ini bukan lirik yang ia sebut, justru malah gumaman yang keluar dari suara Aya, karena tidak hapal dengan liriknya.
"Ini lagu Exo woy bukan Nissa Sabyan."
Aya tidak perduli dengan sambatan – sambatan dari temannya yang sedang menonton.
"I'LL SEARCH THE UNIVERSEEEEEEEEE, NEOL DASHI CHAJEUL TEKAJI."
Tepat saat Aya menyanyikan Reff lagu, ia berteriak sekencang – kencangnya, bisa saja itu terdengar sampai satu mall. Amel dan Dewi sudah menutup telinga mereka, namun itu tidak cukup untuk sepanjang lagu.
"Mo saranghae nika." Gadis itu menyelesaikan lagunya diakhir dengan nada tenang lalu mengangkat micnya diatas udara dengan kepalan tangannya bak penyanyi profesional.