Terkadang orang lain akan menjadi seperti dua sisi koin yang berbeda.
Kita harus mengenali dengan baik koin tersebut jika ingin melihat sisinya yang lain, sama halnya dengan manusia.
***
Semakin hari kondisi Dimas semakin membaik hingga hari ini, Dimas sudah dipindahkan keruang perawatan biasa, namun belum dibolehkan untuk pulang kerumah karena masih harus mendapat perawatan.
Dibalik kondisi fisik yang kian membaik, ingatan Dimas justru kian memburuk sejak terakhir kali Bi Sinta dan Dinda datang untuk menjenguk, Dimas hanya mengingat sosok Bi Sinta namun tidak dengan Dinda.
Datangnya Bi Sinta dan Dinda karena mendapat kabar dari Salma yang sudah mengenal mereka sejak masih SMA dulu, tidak jarang pula dulu Salma selalu bermain ke panti asuhan tempat tinggal Dimas dan almarhumah neneknya yang sudah meninggal.
Salma berusaha menghubungi Ayah Dimas namun selalu tidak ada jawaban, ini dikarenakan pekerjaannya yang super sibuk hingga membuatnya selalu meeting diluar kota bahkan tidak jarang pula melakukan meeting diluar negeri.
Hubungan Dimas dengan Ayahnya memang tidak terlalu dekat sejak dulu, bukan karena hal tentang pertengkaran diantara keduanya, Ayah Dimas hanya terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
Tentang Bunda Dimas... Dia berada Rumah Sakit Jiwa, keadaan mentalnya yang sejak dulu tidak pernah sembuh membuat Salma tidak sanggup memberi tahu kabar tentang Dimas. Keberadaan Bunda Dimas hanya Salma dan Dimas yang mengetahuinya, itu karena Dimas tidak pernah cerita pada siapapun tentang keluarganya kecuali pada Salma.
Akhir – akhir ini Dimas selalu ditemani Bi Sinta dan Dinda dirumah sakit yang menjaganya, meskipun Dimas tidak mengingat Dinda sebagai teman panti asuhannya sejak ia kecil, namun Dinda tetap berusaha mengembalikan ingatan Dimas pelan – pelan.
Salma sudah berdiri didepan ruangan Dimas memegang gagang pintu dengan harapan bahwa kondisi Dimas semakin membaik apalagi terhadap ingatannya. Hari ini dia tidak sendiri, Rizky hendak menjenguk Dimas sebelum ia berangkat kerja.
Salma membuka pintu ruangan. Dimas sedang duduk diatas ranjangnya menatap keluar jendela kamar. Terlihat ia sendirian disana, tidak ada yang menemani karena Bi Sinta dan Dinda pulang, lagipula Salma memang sudah berjanji bahwa dia akan menemaninya hari ini.
Pulangnya Bi Sinta dan Dinda membuat Dimas sendirian ada dikamar perawatannya, itu karena mereka harus mengambil barang – barang dari Bogor untuk pindah ke Rumah Dimas untuk sementara waktu sampai kondisi Dimas pulih nantinya.
Dimas menoleh saat menyadari ada orang yang masuk ke kamarnya. Dia tersenyum saat melihat Salma sebelum akhirnya raut wajahnya berubah saat melihat seseorang disamping Salma.
"Sal." Panggil Dimas.
"Hm?"
"Lo sama siapa?" pertanyaan Dimas membuat Salma dan Rizky saling menatap sebelum menjawab Dimas.
"Ini Rizky, Suami gue."
"Suami?" Dimas mengernyit mendengar jawaban Salma.
Salma merasa sangat terpukul melihat kondisi sahabatnya ini, padahal Dimas sudah tahu sebelumnya bahwa Salma sudah menikah. Dimas hanya mampu mengingat ingatan – ingatan masa lalunya itupun ada yang hilang, ia tidak bisa mengingat seluruh ingatannya dengan jelas.
"Sejak kapan lo nikahnya?"
Pertanyaan Dimas membuat hati Salma seperti teriris pisau tak kasat mata, bahkan Dimas tidak ingat sahabatnya sudah menikah, padahal saat itu Dimas menghadirinya bersama Aya. Rizky yang melihat kondisi Dimas ikut prihatin.
Salma beralih pada tas tangan hendak mengambil foto yang ia bawa, foto pernikahannya dengan Dimas dan Aya dalam satu frame kemudian menyerahkannya pada Dimas.
Dimas menyambut uluran tangan Salma berniat mengambil foto itu sebelum mengernyit kebingungan.
Terlihat foto dirinya dan juga sosok Aya berada disamping kiri kanan Salma dan Rizky sebagai pengantin.
"Foto ini kapan diambilnya Sal?" tanyanya masih menatap lamat – lamat foto itu. Salma bergeming, membiarkan Dimas masih menatap foto itu, berharap Dimas bisa menyatukan potongan puzzle ingatannya yang masih terpecah.
"Ini kan..?" Dimas menunjuk sosok Aya yang ada difoto itu.