Aku mungkin melakukan kesalahan yang tidak kasat mata dan tanpa sadar itu menyakiti hati orang lain bahkan menyakiti hatiku sendiri.
Maka dari itu izinkan aku mengulang semuanya, aku ingin memperbaiki semuanya seperti sedia kala agar kamu tidak mencintai sendirian lagi.
***
"Dika?" Aya baru menyeret kembali kesadarannya ketika mengenal sosok di hadapannya .
"Well, we meet again." Dika menunjukkan deretan giginya itu hingga membuat matanya menyipit.
"Maaf ya, maaf maaf." Tiba – tiba Aya menjadi ramah ketika mendapati pria yang baru di temuinya tempo hari, sikap judesnya yang tadi itupun pergi hilang entah kemana, sang pemilik inang juga bingung kenapa ia tiba – tiba bersikap ramah padanya.
"Are you okay? Ada yang sakit ga?" Pemuda itu menyentuh bagian tubuh Aya yang mampu ia gapai, tampak begitu perhatian padanya.
"Engga kok, gapapa." Aya menyergah dengan gerakan yang lembut dan sedikit kikuk.
"Btw, kamu ngapain kesini? Siapa yang sakit?"
Aya terkejut ketika mendapati pertanyaan Dika padanya, bisa dilihat pemuda dihadapannya adalah orang yang perhatian bahkan untuk orang yang baru ia temui, tapi tunggu. Apa ini modus?
Pertanyaan demi pertanyaan masih berkecamuk di kepalanya sampai suara Dika memecah lamunannya lagi.
"Hey, kenapa bengong?" Pria itu melambaikan tangan didepan mata Aya hingga kesadarannya kembali, kemudian Aya mengerjapkan matanya.
"Eh, Anu, itu temen gue yang sakit." Jawab Aya dengan sedikit kikuk.
"Kalo lo ngapain?" kini Aya yang bertanya.
"Saya abis jenguk saudara saya." Jawaban Dika direspon dengan anggukan paham dari Aya. Dika beralih pada saku celananya berniat mencari ponselnya, tiba – tiba Aya teringat pada panggilan Salma yang barusan bahwa ia harus segera menyusulnya.
"Kalo gitu saya boleh-" Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Aya sudah memotongnya.
"Gue buru – buru, sory ya gue duluan." Tanpa menunggu jawaban dari Dika, Gadis itu langsung berlalu dari hadapannya.
Dika berbalik dan menatap punggung Aya dari kejauhan yang tidak lama kemudian sosoknya hilang dibalik dinding tangga yang menuju lantai dua.
***
Aya menatap ragu pada pintu kamar yang ada di hadapannya. Ia belum pernah bertemu lagi dengan Dimas setelah pertemuan terakhirnya saat baru bangun dari koma, gadis itu masih berpikir sikap apa yang akan ia ambil saat bertemu lagi dengan Dimas yang masih tidak ingat dengannya.
Yang gue liat, Dimas jatuh cinta sama lo.
Aya menakup kedua wajahnya yang tiba – tiba merah ketika teringat kata – kata Salma yang mengatakan Dimas jatuh cinta padanya, kemudian ia menggelengkan kepala kuat – kuat.
Setelah memantapkan hati, gadis itu membuka pintu.
Dimas melihat tepat dimanik mata Aya yang sekarang berdiri satu garis lurus dari hadapannya diambang pintu yang masih terbuka.
Salma lantas bangkit dari tempatnya menyambut kedatangan Aya sementara Riska hanya mendesis ditempatnya.
Ngapain si tuh cewek ke sini?
"Hay, gue Aya." Ujar Aya seraya mengulurkan tangannya setelah menghampiri Dimas. Dimas masih menatap Aya dengan tatapan menyelidik.
"Dimas."
Ada perasaan hangat setelah Dimas mampu menyambut uluran tangannya, ia sangat bersyukur karena pikiran negatifnya dipatahkan oleh kenyataan kali ini.
"Kita pernah kenal ya?" tanya Dimas, Aya langsung menoleh pada Salma sedikit terkejut, apakah Dimas sudah mulai ingat dengannya.
"Iya, gue fans lo." Jawaban Aya justru membuat siapapun diruangan itu terkejut, jawaban tidak terduga, maksudnya, apa yang ia maksud fans?