Entah Dosa apa yang telah kuperbuat hingga semesta membercandai.
Semesta senang seperti senang sekali bermain dengan ku hingga menertawaku, bahkanmempermainkanku.
***
Padahal hari masih pagi, tapi selaku divisi acara inilah resikonya, mereka harus rela pagi – pagi sudah memutar otak mereka untuk kelancaran acara.
Semangat Aya!
“Harus cari siapa ya gue, kalo Dimas sehat si gue hubungi Dimas aja.” Aya mengacak – ngacak rambutnya frustrasi sendiri.
Jari gadis itu masih sibuk menswipe sana sini layar gawainya berselancar di internet kira – kira mana partner yang cocok untuk acara kampus.
Aldi baru memasuki ruang rapat, kemudian memperhatikan Aya yang sedari tadi keliatan sibuk sendiri. “Kenapa Ay?”
Meskipun diruang rapat, tapi Aya justru sibuk sendiri karena dirinya lah yang diperintahkan ketua pelaksana untuk mencari seorang videografer.
“Ini lho, gue disuruh cari videografer buat dokumentasi. Kata Satria, kita kekurangan anggota buat Dokumentasi, jadi mending nyewa aja.”
“Kenapa ga bilang sama gue? Kita kan satu divisi.” Aldi berseru tidak ingat dosa, membuat Aya mendelik tajam padanya. “Lo aja baru dateng, kebiasaan si lo, jam dirumah lo terbuat dari karet semua apa gimana?”
“Yaudah maaf, btw gue punya kenalan kok orang yang bisa dijadiin partner.”
Aya lantas berjengit dan melotot pada Aldi. “Serius lo?”
Aldi manggut merespon pertanyaan Aya. “Mau kapan ketemunya emang?”
“Secepatnya kalo bisa.”
“Oke.” Aldi meraih ponselnya sendiri, berniat menghubungi seseorang.
“Halo Ris.” Aya menoleh ketika mendengar nama yang diucapkan Aldi ketika menelepon. Apa maksudnya ia menghubungi Riska?
Setelah berbicara panjang lebar pada seseorang ditelepon, ia kemudian menutup panggilan, Aya lantas mendekatkan diri pada Aldi karena penasaran.
“Lo nelpon siapa?”
“Cie, masih posesif ama mantan.” Aya memutar bola matanya malas ketika Aldi menggodanya.
“Gue nepon Riska.” Aya sontak menoleh keitka mendengar nama itu.
“Maksud lo Riska yang itu? Dan dia videografernya?” Tanya Aya retoris. Aldi mengibaskan tangannya tanda menyanggah.
“Abangnya yang jadi videografernya, dan katanya siang ini dia lagi free kebetulan, gimana? Mau jalan hari ini?” Aya berpikir sebentar, menelaah penjelasan Aldi, karena maksud Aldi ya pasti perginya bareng dia.
Sebenarnya Aya sudah malas sekali jika harus terus menjadi partnernya Aldi, tapi mau gimana lagi? Ini demi kelangsungan acara.
“Yaudah oke.” Tukas Aya yakin.
Dalam hati, Aldi sudah melompat – lompat kegirangan karena ini akan menjadi harinya bersama Aya.