Arti sebuah rumah yang sesunggunhnya adalah saat dirimu diakui oleh orang – orang disekitarmu.
Semesta selalu mengajari kita sesuatu setelah kita menyadari arti dari rasa penyesalan.
***
“Ay, lo ketemu dia dimana?” tanya Aldi yang masih duduk disamping Aya setelah kepergian Riska dan Dika.
“Dimana – mana.” Jawab Aya asal, Aldi hanya menghela nafas, sadar tidak mau membahas tentang orang yang baru saja pergi.
Bunyi notifikasi di handphone Aya memecah perhatiannya, tertanda nama Salma yang mengirim pesan.
Salma : “Dimas pulang malam ini, mau nyambut kepulangannya ga?”
Aya mendapat sebuah ide setelah membaca pesan singkat dari Salma, kemudian membalasnya.
Aya : “Lo tau alamat Apartemen Dimas? Gue ada ide.”
Sambil menunggu balasan dari Salma, Aya berniat mengajak Aldi untuk menemaninya. “Temenin gue jalan yuk.” Suara Aya membuat Aldi terkejut ditempatnya, maksudnya, tumben banget Aya mau ngajak jalan.
“Mau kemana?” Tanya Aldi penasaran.
“Kemana kek, yuk!”
Aya pikir mumpung ada tebengan, ia bisa menjadikan Aldi supirnya sehari ini saja, lagian Aldi mana mungkin menolak.
Tanpa perlu berlama – lama, Aldi pun menyetujuinya kemudian mereka berdua bangkit dari tempatnya lalu bergegas pergi dari sana.
Aya berniat membeli barang – barang yang diperlukan untuk membuat pesta kecil – kecilan untuk kepulangan Dimas, seperti balon nama, kue dan segala macemnya.
Yaudahlah Al, mumpung ama mantan nurutin aja.
***
“Lo udah pernah ketemu sama Aya bang?” tanya Riska yang kini sedang dalam perjalanan pulang bersama Dika dimobil.
“Iya, udah dua kali ketemu sama Aya.”
“Btw Dia itu cewenya Dimas.” Ujar Riska, namun tidak ada kesenangan dalam suaranya ketika menceritakan gadis yang ditemuinya barusan. Dika melihat raut wajah dari adiknya.
“Cemburu Sama dia?”
“Iyalah. Gue kan masih sayang sama Dimas.” Riska bersungut.
Riska sudah mengetahui tentang mereka yang bersaudara kembar, sejak kepulangan Dika ke Indonesia, ia langsung menanyai padanya karena kemiripan wajahnya saat itu.
“Jangan terlalu sayang gitu, Kalo dia ga sayang balik gimana?” Dika menjawil hidung Riska.
“’Ya kan dia emang ga sayang sama gue.” Jawab Riska seraya menekuk bibirnya.
“Jangan cemberut gitu, adik sayajelek kalo cemberut.” Riska hanya memutar bola matanya seraya mendesis.
Bunyi notifikasi dihandphone Riska memecah perhatiannya, dengan segera Riska meraih ponselnya.Tertera nama Salma disana, ia memberitahukan kabar tentang Dimas yang akan pulang malam ini.
“Lo mau ikut bang?” tanya Riska setelah membaca pesan Salma.
“Kemana?”
“Dimas malam ini pulang dari rumah sakit.” Seketika hening menyelimuti, tidak ada jawaban dari Dika, ia hanya menatap lurus ke jalanan yang posisinya masih mengemudi.
“Lo belom bisa maafin Dimas bang?” Pertanyaan Riska masih mendapat respon yang sama dari Dika, ia hanya diam, tidak memberikan jawaban.
“Ini kita mau mampir kemana dulu?” Riska mengetahui sikap Dika yang tidak ingin membahas tentang Dimas, membuatnya sepenuhnya menyadari bahwa Dika memang belum bisa memaafkan Dimas.