Langkah Cinta

YanuarSandieWijaya
Chapter #34

Hari Pelaksanaan

Sesuatu yang terasa jauh, mungkin saja masih ada disekitarmu. Karena begitulah cara semesta bekerja. Ia tidak bisa diprediksi, layaknya hati seorang manusia yang begitu sulit diprediksi dan mudah berubah – ubah.

***

Panas yang yang begitu terik justru membakar semangat para mahasiswa disana, mereka masih semangat menjalani aktivitasnya menjalani acara yang sudah mereka persiapkan sejak lama.

Saat hari sudah siang pun, mereka masih konsisten dengan semangatnya, kaus polos hitam yang dipakai para panitia, makin membakar semangat seluruh anggota, Satria sebagai ketua pelaksana pun mampu membawa seluruh anggotanya konsisten dengan semangat juang mereka.

Mahasiswa yang sungguh hebat, acara mereka masih pecah hingga siang ini, Aya selaku bagian dari mereka sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan ini, kebersamaan, solidaritas, dan juga kerja sama, jarang sekali momen yang mereka rasakan saat ini. Mereka masih menjadi satu dengan yang lainnya, lautan manusia masih memenuhi lapangan depan area kampus yang masih seru sekali acaranya.

Dika sebagai dokumenter juga masih konsisten dengan pekerjaannya, tidak lepas juga ia mengarahkan lensa kamera itu pada gadis bernama Aya, senyuman hangatnya mampu membut siapapun yang melihatnya menjadi candu, mereka yang melihat aura cerah Aya, pasti ingin terus melihatnya lagi, lagi, dan lagi.

“Ay, acara selanjutnya apa? “ tanya Satria lewat earphone yang ia gunakan. Saat acara seperti ini, seluruh panitia satu persatu menggunakan earphone untuk berkomunikasi jarak jauh, hal itu tentu dibantu dengan sebuah aplikasi.

“ISOMA, kita break lima belas menit, setelahnya lanjut.” Jawab Aya yang kemudian dipahami oleh Satria selaku ketua pelaksana. Satria pun memerintahkan seluruh anggota untuk beristirahat, begitu pula pada acaranya dan juga tim dokumenter.

Mereka semua menurut dengan instuksinya.

Semua mahasiswa dan tim semuanya sedang beristirahat, tapi waktu acara masih tersisa delapan jam lagi, mereka masih harus menyimpan energi yang banyak untuk sisa waktu acaranya.

Aya menoleh sesaat dan mendapati Dika yang masih sibuk dengan kameranya, ia pun lantas bangkit dari tempatnya kemudian berniat menghampiri Dika, sekedar untuk berbicara tidak ada salahnya kan?

“Masih semangat?” ucap Aya seraya memberikan botol minuman isotonik.

Dika mengangguk dan menerima pemberian Aya. Setelah meneguk minumannya, ia pun beralih pada kameranya lagi, berniat menunjukkan pada Aya foto – foto dan video yang ia ambil.

“Lo emang pandai dalam hal kayak gini ya?” tanya Aya, pandangannya masih tertuju pada gambar yang ia lihat. Dika mengeluarkan sedikit tawa di sampingnya.

“Cuma hobi aja kok, ” Dika menjawab, ia menatap dalam mata Aya. Sungguh keajaiban macam apa yang ada di depan matanya ini, Aya merasa dejavu, saat pertama kali mengenal Dimas, ia juga menanyakan hal yang sama pada Dimas, begitu pula dengan jawabannya.

“Penasaran sama saya?” tanya Dika yang sedari tadi melihat mata Aya yang penasaran. Tanpa menunggu jawaban dari Aya, pemuda itu mengeluarkan suaranya lagi.

“Saya Cuma hobi aja sama kamera, tapi siapa sangka ini malah jadi pekerjaan saya, padahal dulu saya kuliah dijurusan psikologi.”

“Oh ya?” tanya Aya sedikit tidak percaya.

“Perlu bukti?” Aya pun dengan cepat mengangguk.

“Kalo gitu tatap mata saya.”

“Kenapa?”

“Saya mau nebak gimana emosi kamu hari ini.” Aya masih tidak mengerti apa yang dibicarakan pemuda dihadapannya, namun menurutinya, Aya menatap lekat – lekat mata pemuda itu. Begitu pula sebaliknya, Dika menyelami mata coklat itu, mata yang kelihatannya banyak menanyakan sesuatu.

“Kamu penasaran dengan sesuatu.” Mata itu semakin dalam ia selami.

Lihat selengkapnya