Ambilah setiap kemungkinan yang ada didepan mata.
Meskipun beresiko, tapi hanya itu kemungkinan yang ada dihadapannya. Karena tidak ada keberhasilan tanpa mengambil resiko.
Saat menghadapi masalah, hanya ketenangan yang bisa mengendalikan semua masalahmu.
***
Hari sudah semakin sore, acara masih terus berlanjut, mahasiswa yang tadinya semangat mulai merasakan lelah.
Waktu semakin petang, Aya melirik jam yang melingkar pergelangan tangannya, sudah pukul lima sore, acara masih harus berlanjut. Aya melihat panitia lain sudah ada yang lesu, Dewi pun sepertinya sudah sangat lelah, ia hanya duduk seraya mengibas – ngibaskan lipatan kertas pada wajahnya yang sudah lesu.
"Ck ck ck." Suara Aya membuat Dewi melirik dan mendapati Aya yang sudah bersidekap dihadapannya, selanjutnya ia tau, bahwa sebuah omelan lah yang akan keluar dari mulut Aya.
"Duh Ay, plisss capek banget." Gerutu Dewi, Aya sedikit menunduk dan mendekatkan kepalanya pada Dewi.
"Dew, lo yang udah bawa gue buat jadi panitia ini, masa lo yang patah semangat?" Dewi hanya menghela nafas mendengar omelan Aya, hal itu membuat Aya mendengus, ia menggerakkan matanya ke kiri dan ke kanan.
"Dew, lo liat tuh Satria." Aya menuding pada Satria, yang masih aktif untuk membantu panitia logistik.
Dewi mengikuti arah pandang Aya, lalu menakupkan wajahnya sendiri dengan kedua tangan, matanya berbinar – binar. "Pangeran gue."
Aya menyeringai. "Pangeran ga mau punya princess pemalas kayak lo."
Perkataan Aya membuat Dewi menoleh sambil mengerjapkan matanya. Dengan sigap ia lantas bangkit dengan penuh semangat, membuat Aya terkejut disampingnya.
"Lo Bener, Ay.” Dewi berseru.
"Berarti sekarang lo harus apa?"
"Semangat!"
Perkataan Aya mampu memotivasi Dewi dan akhirnya temannya kembali bekerja.
Amel yang sejak tadi memperhatikan menghampirinya, kemudian menepuk – nepuk pelan pundak Aya seraya tersenyum.
"Temen gue udah pinter ngasih motivasi ke orang lain ya." Ujar Amel. Aya menarik kedua sudut bibirnya.
"Seseorang bisa memotivasi orang lain apabila orang itu juga sudah termotivasi duluan." Sahut Aya membalas kalimat Amel barusan, suaranya membuat Amel mendekatkan kepalanya.
"Termotivasi apa memantaskan diri?" Sindir Amel membuat Aya tersipu malu, ia sedikit menyenggol bahu Amel sebelum melenggang pergi, berniat sedikit memberikan gurauan tanpa jawaban darinya.
Tanpa dijawab pun, Amel sebagai sahabatnya mengerti betul bagaimana seorang Aya yang sekarang, ia termotivasi akan sesuatu, sesuatu yang telah membuat dirinya menjadi energi positif bagi orang lain, dan tidak lain dan tidak bukan, orang itu adalah Dimas.
Dari cerita Aya saja, gadis itu mengetahui, bahwa Dimas adalah pemuda yang selalu memberinya energi positif. Amel melihat punggung Aya yang masih berjalan ke arah lain, ia tersenyum, melihat bahwa punggung sahabatnya itu sudah semakin kuat.
***
Setelah acara berlanjut hingga waktu menunjukkan pukul setengah enam sore, semua panitia diistirahatkan kembali.
Mereka melepaskan earphone yang masih terpasang dan menaruh semua barang – barang bawaannya. Mereka memilih untuk benar – benar istirahat sejenak dari kesibukan mereka, tidak lupa juga melahap konsumsi yang sudah disediakan.