Langkah Cinta

YanuarSandieWijaya
Chapter #51

Epilog

Dulu, aku mungkin akan mengambil kamera untuk mengabadikan senyum mu agar bisa ku simpan.

Sekarang, aku bisa melihat senyum mu setiap hari, menyentuh raga mu setiap hari, melihat mu setiap sebelum tidur sampai bangun di keesokan hari. 

***

7 bulan berlalu..

Pemandangan Tirtha Bridal Bali saat itu memang sangat mengagumkan, apalagi ketika para kru sedang sibuk mengatur venue untuk pernikahan di pinggir pantai.

Konsep pernikahan mereka, hari ini, mimpi mereka benar – benar menjadi kenyataan. Sekaligus menuju pintu kehidupan mereka yang baru.

Aya mendapati bayangan dirinya ada didepan cermin, dengan gauh putih yang sudah membungkus seluruh tubuhnya, ia bahkan pangling pada bayangan yang ada di cermin itu. Kedua sudut bibirnya tertarik keatas. Ia mengulurkan tangannya mencoba meraih bayangan itu, seolah mereka adalah dua objek dari dunia yang bereda.

Ia pikir, ini semua adalah mimpi yang membuatnya tidak mau bangun dari tidurnya, terlalu banyak luka yang ia alami dalam mimpi ini, diikuti dengan bahagia di belakangnya.

Aya masih berpikir ia masih berada dalam mimpinya sampai suara langkah kaki mendekat padanya, membuat kesadarannya kembali ke realitas.

Ia mendapati sosok Kakaknya disana, auranya begitu berbeda sejak 7 bulan lalu. Itu karena cincin yang sudah melingkar di jari manisnya.

"Kak Nia." Aya mendekap sosok yang ada dihadapannya sekarang.

"Kakak udah pulang?" tanya Aya, mengingat Kak Nia yang telah menikah duluan dengan Dika saat di Singapore beberapa bulan lalu.

"Udah, dong sayang." Kak Nia tersenyum, seraya menelisik Aya yang sudah menggunakan gaun pernikahan, gaun berwarna putih wajahnya yang sudah dipulas makeup, serta rambut Aya yang disudah di tata rapih benar – benar membuat Kak Nia pangling melihat sosok adiknya.

Ditambah wangi ruangan pengantin membuat Ia tersadar, bahwa sebentar lagi, Adiknya akan benar - benar menuju pintu kehidupan yang baru.

"Kamu Cantik banget hari ini." Nia mengelus puncak kepala Aya.

"Iya dong, aku kan selalu cantik." Mereka berdua terkekeh.

"Dimas pasti seneng liat kamu begitu cantik hari ini." Suara dari seseorang di ambang pintu menginterupsi kebersamaan mereka.

"Salma." Aya berseru senang ketika ia mendapati Salma, dengan segera mereka berhamburan untuk saling mendekap.

"Selamat berbahagia sama Dimas ya." Bisik Salma di telinga Aya, suara itu mewakili perasaan titipan rasa sayang seorang sahabat.

Dalam hati Aya menjawab.

'Terima Kasih.'

***

Dimas menarik napas dalam – dalam sambil memejamkan mata, setelah melihat dirinya didepan cermin, ia teringat pada masa – masa dimana dirinya di masa lalu, hingga sampai di titik ini.

"Kenapa? Deg – degan?" suara itu menginterupsi lamunan Dimas, tebakannya tepat sasaran, lantas membuat Dimas mendekus.

"Ya, pasti lah."

Dika berdiri disamping Dimas, menatap bayangan keduanya didepan cermin, mereka tersenyum. Haru, kata itu lah yang mewakili kedua nya saat ini.

Pria itu mengusap punggung saudara kembarnya. "Jangan lupa terima kasih sama diri sendiri, karenanya, kamu bisa sampai dititik sekarang."

Dimas tersenyum,"Pasti."

Lihat selengkapnya