Agustus, 2011
Pelajaran pertama setiap selasa khususnya Pendidikan Jasmani dan Kesehatan terdiri dari dua kelas yaitu kelas X-4 dan XI IPA 2. Seragam kaos abu-abu garis biru dan celana biru gelap bergaris biru muda tiga vertikal khusus untuk digunakan setiap olahraga maupun senam sabtu pagi. Kelas X-4 dapat bagian di lapangan yang biasa digunakan untuk sepak bola dan basket, sedangkan kelas Dey dapat bagian di lapangan yang biasa digunakan untuk bulu tangkis, voli, atau praktik roket air fisika Pak Priyadi.
Dey merentangkan tangan selebar-lebarnya membiarkan jarak yang lebar antar tiap barisan. Marisa di samping kanannya dan Ozi di kirinya. Mereka berdiri di barisan kedua dari total lima baris. Haris sebagai ketua kelas memimpin merapikan barisan di depan bersama Bu Guru Sanira.
Haris menyuruh kawannya melangkahkan kaki tiga langkah ke kiri serentak. Kemudian menyuruh merentangan tangan selebar-lebarnya lagi.
Tangan Ozi tak sengaja menyentuh tangan kiri Dey yang telah terentang. Ozi langsung menurunkan tangannya dan berjalan menyamping ke kiri menjauhi tangan Dey. “Maaf, Di.”
Dey yang ikut kaget hanya menggeleng tidak memedulikan. Dia menunggu instruksi Haris. Lama-lama posisi ini membuatnya bahunya pegal.
“Turunkan tangan kalian. mari kita mulai pemanasan,” ucap Haris menaruh kedua tangannya ke pinggang.
Mereka sekelasan mulai mengikuti gerakan Haris dari menganggukkan kepala terus menoleh ke kanan dan ke kiri berulang kali satu sesi hitungan 8 kali 2.
Jangan lupa kerjasama dalam menyerukan angka dari satu sampai delapan. Murid cowok semua berseru nyaring di akhir kata pada setiap angka. Contohnya pada salah satu sesi saat melingkarkan tangan ke kepala, “Tu wa ga pat ma nam juh pan. Lagi! Wa ga pat ma nam juh pan!”
Para murid cewek santai termasuk Dey menghitung angka dengan lirih. Pagi ini sangat terik dan awan-awan stratocumulus yang tiada tampak di tempat mereka berdiri.
“Hari ini kita akan bermain voli. Kalian akan saling gantian melempar bola. Posisi mengayunkan tangan lihat tangan Ibu.” Kata Bu Sanira mengepalkan kedua jarinya.
Dey mengikuti arahan gurunya. Ia menyatukan jemarinya dan mengecek lagi apakah sudah benar.
“Salah itu, Di. Coba lihat ini. jempolnya gak disilang. Tapi disejajarkan kayak gini.”
Celetukan Ozi serta merta Dey melihat posisi jemari cowok itu sesuai dengan Bu sanira. Ia mengopinya. “Bener kayak gini?”
Ozi mengangguk. “Lenganmu dirapatkan. Nanti kalau mengayun bola kenain ke lengan. Jangan di kepalan jarimu. Ntar sakit. Terus arah bolanya jadi ngawur.”
“Iya.”
Setelah itu Ozi memberitahukan sekitarnya. Beberapa teman mengangguk paham. Sebulan berteman dengan Ozi, Dey menyadari kepandaian Ozi di bidang olahraga lebih bagus daripada dia. Terutama voli. Dia baru tahu dari Haris bahwa Ozi sudah bermain voli dari kecil. Meskipun ia aktif pada klub voli remaja di luar sekolah ia tetap berpartisipasi lomba-lomba mewakili kelas maupun sekolahnya.
Mengenai ekstrakurikuler populer di Smaga ini seperti macam novel teenlit tentunya merujuk ke basket. Namun, ada yang lebih populer lagi yaitu Paskibraka dan PMR. Basket sangat populer kalau ada event seperti Honda DBL namun mereka latihan tiap minggu saat sepi jadi tidak seheboh saat Pasukan Pengibar Bendera Pusaka latihan baris berbaris tiap sabtu sehabis senam. Tentunya ramai karena kakak-kakak kelas yang katanya tampan nan wibawa apalagi anggota OSIS menghiasi barisan itu. Lain lagi Palang Merah Remaja. Sudah susah masuk ekstrakurikulernya karena seleksi ketat, sekali berhasil jadi anggota tetap setiap upacara bendera senin pagi petugasnya berjaga di belakang barisan sehingga terlindungi dari teriknya radiasi matahari. Yang kadang-kadang kalau pembina upacara berpidato bisa sampai perjalanan kapal feri dari Penajam ke Balikpapan. Lawas. Maka menjadi tim PMR adalah berkah.
Dey? Dey tertarik oleh biologi sejak pertama kali masuk kelas X. dia dikenalkan oleh kakak kelas yang mana kakak kelas dari SMP agar masuk ke klub biologi. Diiming-iming akses perpustakaan sepuasnya dan base camp tetap Dey tergiur dan mengisi namanya sendiri di peserta baru. Namun, pas dia datang orientasi pertama kali, hanya dua belas orang. Enam orang kelas XII, empat orangkelas XI termasuk si kakak kelas Dey, dan terakhir Dey dan Riva kelas X-5. Di sekolah ini, klub olimpiade terpopuler disematkan kepada Fisika, Matematika dan Kimia.
“Di, aku lempar bolanya. Kamu balas ayunkan ke aku.” kata Ozi siap melempar bola voli ke Dey.
Pertama kali mencoba lemparan, Dey berhasil mengayunkan tepat kembali ke Ozi. Dey tercengang dan Ozi salut padanya. Dey yang sudah mengayunkan bola kini ia berjalan ke arah Ozi berdiri. Ozi memberikan bola ke Dey dan berlari kecil ke barisan belakang. Kali ini, Dey yang gantian mengayunkan bola ke Marisa yang sudah siap siaga menunggu lemparan.
Setelah sesi passing dan servis bola voli, Bu Sanira membagi kelompok. Contoh pertama kelompok pertandingan cowok. Tim A, terdiri enam orang dipimpin oleh Ozi. Tim B dipimpin oleh Fandi.
Memilih pemimpin tim B melalui rengekan Fandi. “Bu, saya kadak bisa main voli bu. apalagi suruh servis. Adanya bolanya keluar menuju pala Ibu. Saya takut Ibu kenapa-kenapa.”
Sekelasan tertawa. Untungnya Ibu Sanira termasuk easy going. “Jadi menurut Fandi siapa yang cocok jadi leader?”