November 2011
Auliana mampir di istirahat kedua mengantarkan Nicotine Replacement Therapy berupa patch dan permen karet mint ke Aral. Aral melepas patch yang lama di lengan kirinya. Auliana membuka patch baru kemudian memasang di lengan atas kiri Aral dengan cepat. Tahapan rutin selesai ditutupi oleh Aral menurunkan lipatan kain sampai pergelangan tangan. Interaksi aral dan auliana tadi membuat bisik-bisik beberapa siswa di perpustakaan.
Auliana memandang Aral yang sedang menempel kertas baru kecil kolom peminjam di balik cover belakang buku.
“Apa, Auliana?”
Aral tahu kalau Auliana sedang memandangnya dengan senyuman seperti anak kecil pasti ada yang ingin dibicarakan.
“Ingat nggak janji yang pernah diucapkan kita dulu?”
Aral menyipitkan mata mengingat janji yang mana dibicarakan. “Yang mana?”
“Ckck. Lupa kamu nih.” Auliana mengangkat tangan kanannya hingga tingginya sejajar dengan kepala. “Saya yang bernama Auliana Ishak tidak akan pernah jatuh cinta ke Aral Warsawa. Masa kamu nggak ingat?”
Ucapan Auliana membuat orang-orang di perpustakaan melirik ke dia. Aral yang sedari jadi pusat perhatian ditambah perempuan ini menyalakan kompor hingga api membesar.
“Aku ingat. Kalian menyebutnya deklarasi meja persegi.”
“Deklarasi kamu dan Ulum lucu deh. Coba kamu ngomong bagianmu pang.”
Aral menggeleng tegas. Auliana tidak menyerah.
“Ayolaah. Aral ndak seru nah.”
Buku lama yang telah disampul plastik bening oleh Aral mendarat mulus ke kepala Auliana. Aral melakukannya dengan pelan. “Kamu ndak pergi?”
Buku itu masih bertengger di kepala Auliana. Auliana menepuk tangan Aral menyuruh menurunkan tangannya. “Aku diusir sama Bapak Aral.”
“Mau kuantar ke depan gerbang?”
Auliana mendengus. “Kada usah. Siapa yang jaga perpustakaan kalau bukan kamu.”
Aral balas melambai Auliana yang melangkah pergi keluar dari perpustakaan.
***
Hari ini kelas Dey dapat tugas berkelompok maksimal dua orang. Dey memutuskan rumah Ozi menjadi tempat mengerjakan tugas mereka. Marisa dan Haris ikut gabung sebentar karena sama-sama tentang klasifikasi dan morfologi tumbuhan. Kali ini tentang pohon ketapang dan pohon pinang dekat lapangan sekolah mereka.
Dey duduk di teras rumah teman semejanya. Meja kayu setinggi lutut yang muat untuk satu laptop dan tiga buku. Satu buku paket Biologi kelas 2 terbuka. Minuman es teh yang dibuat Ozi bertengger di kursi rotan belakang Ozi. Dey membuka buku catatan dan membandingkan dengan buku paket di depannya.
Mereka mengerjakan tugas kelompok di teras karena orang tua Ozi sedang keluar. Pagar besi abu-abu terbuka separuh, berbagai tanaman hias dan bunga-bunga cantik memenuhi pekarangan depan. Dey bahkan sempat melihat capung dan kupu-kupu kuning kehitaman mampir di salah satu bunga yang dia tidak tahu namanya tapi tahu itu bunga terkenal. Rumah Ozi terkesan taman yang menyejukkan.
“Di, aku nyari apa nih? Udah kebuka googlenya.”
Dey melihat Ozi menggeser laptop agar Dey bisa melihat layarnya. “Cari urutan takson pohon ketapang dan pohon pinang.”
“Klakson?”
“Bukan. Takson. Tak. Son. Tulis aja di google sistem klasifikasi pohon ketapang dulu. Kalau udah dapat baru pohon pinang.”
“Yang ada kata-kata genus dan spesies ya?”
“Iya. spesies genus famili ordo kelas divisi kingdom. Kalau bisa dapat sub divisi dan sub famili.”
“Wih! Anak biologi memang beda.”
Dey tak menanggapi Ozi yang memujinya. Dia sibuk menulis rincian tugasnya.
“Di, ini divisi atau filum?”
“Divisi kalau tumbuhan. Filum kalau hewan. Kamu google aja taksonomi pohon ketapang, Zi.”
“Oke oke, Di.”
“Eh, Haris dan Marisa masih ngambil foto kan di sekolah?”
“Masih. Kenapa?”
“Mereka tadi mau ambil foto pohon ketapang kan?”
“Iya, mereka bilang gitu, Di.”
“Pohon Pinangnya?”
Ozi membuka mulutnya lebar. “Hah?! Pohon pinang ndak dibilangin. Kutelepon Haris dulu.”
Ozi menekan tombol panggilan dan Haris mengangkatnya di dering ketiga. Sebelum berbicara dengan Haris, Ozi memastikan lagi hanya foto pohon pinang ke Dey. Dey mengiyakan.
“Itu aja. Pohon pinang.”
“Suruh mereka foto daun, batang, pohonnya dari jauh, dan kalau ada bunga dan buah sekalian.”
Ozi mengangguk dan mengulangi perkataan sama persis.
Panggilan berakhir, Ozi kembali mengetik di depan laptop sedangkan Dey menyebutkan apa yang harus dicari dan di copy paste ke word.
“Morfologi folium, radix, caulis, flos, fructus, semen. Lengkap ini kamu dapatnya, Zi,” kata Dey melihat word hasil pencarian Ozi.
“Lengkap kan. Bahkan di sini ada sebaran, asal, habitat sampai manfaat. Pohon peneduh. Iya, Aku tahu pohon ketapang buat neduh. Wow! Penetral pH air. Buat ikan cupang! Kok aku ndak tahu ya. Besoklah aku ambil daun ketapangnya.”