Desember 2011
Everytime I see you all the rays of the sun are
Streaming through the waves in your hair
And every star in the sky is taking aim at
Your eyes like a spotlight
The beating of my heart is a drum, and it's lost
And it's looking for a rhythm like you
Fery menyanyi lagu sendu di hari rabu. Lagu Making Love Out of Nothing at All dari Air Supply saat suasana kelas sedang sepi karena beberapa sedang di kantin ataupun di mushola menunggu gantian sholat dzuhur. Di kelas hanya lima orang. Lima orang itu sibuk masing-masing. Termasuk Dey yang sibuk mencatat sambil mendengarkan suara apik Fery. Dey mengakui suara Fery dan alunan gitarnya sangat enak didengar. Apalagi lagu yang ia nyanyikan berbeda-beda. Kadang lagu pop dalam negeri maupun luar negeri, lagu anak-anak, lagu semua zaman dari lama sampai terbaru. Seakan dia adalah kamus lagu berjalan.
Dey memegang perut bawahnya. Rasa nyeri hari pertama haid muncul lagi. Kali ini sampai kepala dia ikutan berdenyut. Dey menahan nyeri dengan mencoba fokus mencatat lagi.
Teman sekelasnya mulai berdatangan. Marisa duduk menaruh mukenah kecil di lacinya. Begitupula Haris datang bersama Ozi.
“Di? Kamu sakit?” Tanya Ozi.
Dey melepas tangan kirinya dari perut. Dia berpura-pura seperti biasa karena dia merasa nyeri ini akan hilang. “Ndak.”
Marisa menatap raut muka Dey yang agak pucat. Dia memegang dahi Dey dan melakukan perbandingan dengan dahinya sendiri. “Agak hangat. Ayo ke UKS aja, Di.”
Marisa memegang lengan kiri Dey yang beranjak berdiri dari kursi. Dey sempat terhuyung tapi bahunya ditahan oleh tangan Ozi.
Ozi menahan tubuh Dey yang lemas. “Kuantar kamu ke UKS.”
“Haris aja,” ucap Dey menyingkirkan tangan Ozi dari bahunya.
Haris maju mendekati Marisa yang memegang lengan Dey sehingga Marisa mundur. Haris merangkul Dey yang menutup mata menahan rasa nyeri di kepalanya berjalan keluar dari kelas. Marisa mengikuti di belakang mereka. Dey tidak mengingat seterusnya. Ingatan terakhir hanya Haris yang menggendongnya di punggung.
“Sudah bangun?” kata Niken duduk disamping ranjang Dey.
Dey mengusap kedua matanya. Dia duduk perlahan dan meminum air mineral dari Niken. “Jam berapa?”
Niken menunjuk jam dinding di belakangnya. Dey mendongak lalu terkejut jam menunjukkan jam 3 sore.
“Kamu tidur lama banget. Untung saja kami lagi ada rapat setengah jam lagi.”
“Maaf.”
“Nda papa. Kamu kalau lagi halangan memang gini kah?”
Dey menggeleng. “Biasanya kramnya di pms aja. Tumben sakit kali ini.”