BYSTANDER

Ralali Sinaw
Chapter #24

Memori 13#

Kelas XII IPA 1, Semester Pertama.

Juli – September, 2012.

 

Dey memperhatikan daftar nama-nama di kelas XII IPA 1. Ada nama Haris, Marisa, Fandi yang tetap sekelas dengan dia. Dia membaca sampai bawah tidak menemukan nama Fery, Jordan, Muhaimin, Restira, Uwais, Riva.

Juga tidak ada nama Ozi di daftar tersebut. Dey bertanya-tanya dalam hati menebak mereka dapat kelas berapa. Dia ingin berpindah melihat daftar nama di kelas-kelas lain tapi orang-orang sudah mulai ramai jadi dia mengurungkan niat. Namun rasa penasaran terjawab, tak jauh dari dia berjalan di depannya ada Ozi dan Fery berjalan naik tangga ke lantai dua di ruangan sebelah ruangan kepala sekolah dan tata usaha. Mereka masuk kelas sebelahnya, XII IPA 2.

Sesampainya di kelas, sudah ada Marisa duduk di kursi baris kedua meja kedua. Marisa memanggilnya menyuruhnya duduk di sampingnya.

“Akhirnya kita semeja, Di.”

Ransel bertengger manis di kursi kayu berlapis warna putih yang Dey tempati. Meja dan kursi ini sangat bersih dan rapi. Bahkan di sebelah meja ada tempat gantung untuk ransel.

Haris dan Fandi duduk di depan mereka. Meja pertama dekat dengan papan tulis. Dey heran dengan Fandi yang mau duduk dengan Haris dan di meja depan.

Di belakangnya terisi oleh Yana dan Erma salah satu teman mentoring saat kelas XI. Setelah mengenal mereka sebentar mereka menyerahkan senyuman hangat ke semua orang di kelas sebelum mereka berdua asik pada dunianya sendiri.

Haris yang jadi ketua kelas lagi setelah voting. Dilanjutkan Marisa yang naik jadi bendahara dari sekretaris di kelas XI. Wakil ketua kelas adalah Fandi. Sekretaris Yana. Setelah pertemuan singkat dengan wali kelas, Bu Asda, yang membuat suasana jadi hening dan kaku. Marisa berdiri di depan papan tulis sambil memegang spidol tinta biru.

Dia menjelaskan iuran tiap minggu yang ketat. “Tidak ada kata telat! Beli pulsa dan paket internet yang dua gebe harga lima puluh ribu bisa tapi telat iuran. Ada denda kalau telat. Yang merasa aku bercanda aku akan memberi denda dobel dan akan menagih. Bila perlu sampai ketemu ortu kalian.”

Semua mengangguk. Trio wek yang duduk di kursi paling belakang hanya memberikan jempol.

Istirahat pertama di kelas XII IPA 1 adalah waktu yang lama. Yana dan Erma memajukan kursinya ke meja samping Marisa dan Dey. Yana memberikan majalah di halaman tengah yang ditekuk.

Erma membuka lipatannya dan terpampang gambar pria-pria berdiri. “Mana yang paling ganteng?”

Marisa langsung menunjuk seseorang. “Ini yang nyanyi sorry sorry kan?”

Yana dan Erma mengangguk puas. “Siwon oppa. Memang dia banyak dikenal.”

“Kamu, Dey?” tanya Yana.

Dey meneliti tiap wajah orang-orang itu. “Cuma ganteng aja kan?”

“Iya. Cuma wajah aja.”

“Semua?” tunjuk Dey ragu-ragu. Sejujurnya semua tampan.

“Kok semua?” tanya Marisa.

“Iya, karena mereka semua kulihat ganteng.”

Yana dan Erma Saling melirik. Yana membalik halaman. Muncul lagi foto-foto. Kali ini perempuan. Pertanyaannya sama persis tadi, hanya diganti kata cantik.

“Marisa memilih Yuna eonni. Memang, aku juga suka. Kamu, Di?”

“Semua?”

“Kok semua lagi?” tanya Marisa lagi.

“Iya, karena semua kulihat cantik.”

Yana membalik halaman lagi. Kali ini gabung perempuan dan laki-laki. Pertanyaan kali ini Dey harus memilih. Pertanyaan mengenai style yang disukai.

“Aku milih ini dan ini,” kata Marisa.

Erma mengangguk puas. “Mirip kamu dikitlah. Dara eonni dan Jidi oppa.”

Dey menunjuk ini dan itu. Yana agak terkejut. “Tiopi oppa dan Ciel eonni? Waw! Ndak kusangka! Memang style mereka keren.”

Dey diam saja. Dia tidak mengerti. Semua style mereka bagus jadi telunjuknya hanya menunjuk sembarang saja.

Lihat selengkapnya