Oktober-Desember 2012.
Sabtu senam pagi kali ini diganti jalan santai. Rutenya melalui jalan Antasari belok kiri ke jalan Baru lalu masuk ke jalan Weka tembus ke jalan keluar samping KPU. Kelas Dey berjalan di belakang barisan kelas XI IPS 4 sesuai urutan barisan dari ujung kiri.
Selama perjalanan, Dey berjalan santai bersama Marisa, Yana dan Erma. Fandi dan Haris sudah melesat jauh ke depan dengan lari-lari kecil. Marisa meminta permen mint ke Erma dan botol air ke Yana. Pagi ini jalanan melenggang sepi sehingga separuh jalan penuh dengan manusia berseragam olahraga.
Memasuki separuh jalan lebih, masuk ke jalan Weka Dey berkata, “Marisa, ayo lari-lari kecil.”
“Di! Tunggu dulu. Aku ikat tali sepatu.”
Marisa berjongkok dan sibuk membuat pita di tali hitam pada sepatu kanannya. Dey berbalik menunggu dan mendapati Ozi yang sedang melihatnya dan Marisa. Mereka saling memandang sampai Marisa berdiri kembali lalu menarik tangan Dey untuk lari-lari kecil.
Tiba di sekolah Mereka berdua mampir ke koperasi. Dey memilih mi lidi asin dan teh rasa apel. Marisa membeli makaroni pedas dan air mineral dingin. Ketika Dey fokus ke rak wafer-wafer memilih rasa sampai dia merasakan seseorang selain Marisa dan Pak Adi sedang membuka kulkas lalu menyapa Marisa sebentar.
Dey menoleh ketika punggung Ozi mulai menghilang dari pintu koperasi.
***
“Di! Coba nonton mv ini! keren,” ajak Erma menyuruh Dey duduk di sebelahnya.
Dey menarik kursi di tengah jam bebas setelah jalan santai. Yana menekan tombol putar di video player. Dey mengamati gambar resolusi kata Erma 720p. Video musik hitam putih dan sepertinya lokasi di padang pasir. Penyanyi pertama bersuara khas berat dan mudah diingat.
“Eh, dia mirip aku!” celetuk fandi yang ikut menonton samping kanan Dey.
“Mirip darimananya?” tanya Yana tak percaya.
“Tatapannya jangan ngeri gitu pang. Maksudku tuh potongan rambutnya mirip aku.” Fandi memegang bangga rambutnya yang katanya mirip dengan penyanyi pertama.
Dey tidak menyahut obrolan. Masih fokus kepada laptop. Dia kagum pengambilan gambar seperti diambil dari satu kamera. Dia menonton sampai habis. Sampai mobil jatuh dari udara dan meledak mengeluarkan asap tebal.
“Bagaimana?” tanya Erma ke Dey.
“Bagus.”
Fandi bertanya, “Ada lagi, Yan?”
Yana me-klik dua kali dan video terputar.
“Ini masih sama kan orangnya?” tanya Fandi.
Erma mengiyakan.
Dey berkata di akhir lagu. “Lagu mereka soft ya. Alunan piano sama gitarnya bagus.”
Erma mengangguk kencang. “Ya kan? terasa pas serasi bagus mantap daebak!.”
Fandi tertawa. Matanya menemukan sesuatu di rambut Dey. “Permisi Di, ada sesuatu di rambutmu. Ada permen karet nempel di sini. Kok bisa? siapa sih orang yang iseng kayak gini?”
Dey meraba rambutnya. Permen karet melilit rambut di dekat ikatan rambut. Dey berusaha mengambil namun rambutnya ikut tertarik. Fandi juga ikut menahan tapi tidak berhasil melepaskan benda itu.
Yana dan Erma sibuk mencari gunting ke teman-teman yang ada di kelas namun nihil. Dey heran mengapa bisa permen menempel di rambutnya. Siapa yang secara sadar atau tidak sengaja melakukan hal itu ke dia.