BYSTANDER

Ralali Sinaw
Chapter #27

Memori 15#

Awal Januari, 2013.

 

Bekal Marisa di mejanya dilirik banyak sepasang mata. Dey disebelahnya, Haris dan Fandi, Yana dan Erma melihat isi bekal Marisa. Marisa menoleh heran. “Mau?”

“Itu Nugget ayam?” tanya Dey menunjuk beberapa biji di samping nasi.

Fandi mengusap bibirnya. “Itu sosis sapi?”

“Ndak ada sayur?” tanya Haris.

Yana bingung tapi senang. “Full nugget dan sosis semua?”

“Sebanyak ini kamu habis, Mar?” Tanya Erma menghitung jumlah lauk di bekal.

“Mau ndak? Kuhabisin nih kalau kalian ndak mau.”

Mereka mengangguk lalu mengambil nugget dan sosis yang diincarnya. Dey dan Haris mengambil nugget ayam, Fandi sosis 2 potong, sedangkan Yana dan Erma mengambil masing-masing sepotong nugget dan sosis. Mereka mengunyah lahap sambil menikmati enaknya bekal Marisa.

“Aku ambil satu lagi ya, Mar,” pinta Dey mengambil sosis sebelum Marisa menyetujuinya.

Begitupula yang lain sampai sosis goreng dan nugget habis semua. Marisa melihat nasi putihnya belum habis. Bahkan Marisa hanya melihat teman-temannya melahap cepat habis lauknya.

“Makasih, Mar,” ucap mereka puas.

Mereka melihat nasi putih yang masih utuh lalu ke Marisa. Namun, Marisa hanya tersenyum berusaha menahan diri. “Enak ya? Kalian sangat kelaparan kah? Coba kalian makan nasi putihnya sekarang.”

Mereka selain Marisa saling melirik. Akhirnya Haris mencoba berbicara ke Marisa. “Maaf kami ndak…”

“Aku ngerti kok. Aku lebih bahagia lagi kalian makan nasi putih. Di? Kamu bisa ke kantin kah belikan aku nasi pecel? Aku lapar belum makan nih. Bekalku lauknya habis sebelum kusentuh. Sama Fandi aja boleh. Kalian, Haris, Yana dan Erma makan nasi putih ini. sayang mubadzir kalau dibuang.”

Yana dan Erma berkata pelan. “Iya, Mar.”

“Haris? Makan nasi ini!”

Haris tiba-tiba menaruh BB-nya ke telinga kanannya. “Oh iya? Aku ke sana.”

“Kenapa, Ris?” tanya Marisa.

“Aku dipanggil OSIS. Besok kan dimulai acara bazar. Maaf aku ke lapangan. Yana, Erma, kamu ikut aku. Mereka nyariin kalian juga.”

Marisa merasakan keanehan. “Kalian mau kabur?”

Mereka berlari ke pintu kelas berbarengan suara makian Marisa. Di tangga, Fandi dan Dey bertemu dengan mereka bertiga melewatinya dengan tawa.

“Woi! Kalian berhenti! Enak aja makan nuggetku paling banyak terus kabur!”

Dey menahan Marisa. “Mereka sudah lari jauh. Kenapa, Mar?”

“Mereka kabur coba! Alasan saja dipanggil OSIS!”

“Mar, aku beli nasi pecel kesukaanmu loh. Aku dan Di juga beli siomay dan pentol. Kita makan pakai nasimu,” kata Fandi memamerkan bungkusan di tangannya.

“Kok cepet kalian beli?”

Lihat selengkapnya