BYSTANDER

Ralali Sinaw
Chapter #28

Memori 16#

Akhir Januari 2013

 

“Jadi, kamu mau daftar di mana?”

Dey tidak bisa menjawab. Padahal pertanyaan itu sangat mudah, bagi orang-orang yang percaya diri atas pilihannya. Namun, kertas kecil yang tertulis nama dan sandi masih bersembunyi di kotak pensilnya.

“Dey Raiskandar," panggil Aral melambaikan tangan bekas lap ingusnya di depan muka Dey.

“Bapak pilek gini sampe tisu numpuk apa gak pulang saja?”

“Bapak baik-baik saja. Dey, kamu nggak baik-baik saja kan?”

Dey menundukkan wajahnya. Di jam istirahat ia benar-benar ingin beristirahat di perpustakaan. Namun, Aral si pustakawan menghampirinya dan melontarkan pertanyaan yang ia sangat ingin hindari selama ini.

“Bapak hanya mengulang pertanyaan yang ditanyakan Bu Asda pagi ini.”

Sontak Dey mengingat kejadian tadi. Sebentar tapi membekas karena melukai hatinya. Memang kenapa kalau dia belum log in dan mengisi dua pilihan? Dia bukannya sengaja mengulur waktu seperti yang diucapkan oleh Bu Asda. Dia hanya bimbang memilih jurusan apa yang akan ia pilih nanti.

“Dey, kenapa belum juga? Teman-temanmu semua sudah mengisi. Besok sudah terakhir,” kata Bu Asda berdiri di samping mejanya.

“Saya masih memikirkan…”

“Dari kemarin bilang lagi mikir. Jangan sengaja mengulur-ulur waktu! Kamu tahu SNMPTN ini kesempatan yang langka. Dengan nilai kamu yang tinggi dan stabil sayang jika kamu nggak ikut. Jurusan kedokteran pilihan yang bagus untukmu.”

“Tapi Bu saya tidak…”

Potong Bu Asda cepat. “Jadi, kamu mau daftar di mana?”

Dey membisu. Menahan rasa kesal, marah, malu, sedih bercampur baur di keheningan kelas mendadak sebelum berbunyi akhir pelajaran kedua.

Dan kini Aral menunggu jawaban atas pertanyaan yang sama. “Kakak akan ngomong sesuatu. Semoga gak menyinggungmu, Dey. Fase yang kamu alami ini mungkin terasa berat banget. Bukannya membandingkan beban hidup antar seseorang. Tapi, selanjutnya hidup penuh dengan rintangan. Seperti ketika kamu kuliah akan melewati fase skripsi, kerja, nikah dan seterusnya. Perasaan ragu, takut, malu, gak suka akan ada terus di setiap fase hidup. Sekali lagi, mungkin kamu berpikir sekarang yang paling berat. Padahal ke depannya ada jurang dan tebing yang harus kamu lalui. Dan itu semakin berat.”

Lihat selengkapnya