Awal April 2013.
Rencana liburan pasca UAN.
Semuanya ada di kelas setelah ujian akhr semester. Haris sebagai ketua kelas membuka rapat dadakan tentang liburan. Marisa yang berdiri tak jauh disampingnya sibuk mengecek spidol yang akan dipakai ke papan tulis.
“Bagaimana-bagaimana, kita mau liburan ke mana?” tanya Haris sambil memukul spidol ke papan tulis seperti memukul pentungan.
“Pantai!”
“Balikpapan!”
“Samarinda! Guring!”
“Tepian!”
“Tenggarong!”
“Bontang! Pantai Beras Basah!”
“Nggakkk! Jauh muntah aku ke sana! Sama buaya banyak di sana,” protes Fandi yang membuat sekelasan tertawa.
“Yaelah! Jauh kali! Kamu kalau mabukkan gak usah ikut,” ucap Rathi.
Marisa menghentakkan penghapus dengan keras. “Sudahi pang! Peraturan kita ikut atau tidak sama sekali.”
Dey mengangkat telunjuk kanannya. Marisa mempersilakan untuk bersuara. “Mahulu?”
“Nggak ada yang mau jauh lagi? Ke Tarakan sekalian kalau kalian mau naik bus dari sini.”
Dey hanya nyengir. Haris menguasai pembicaraan. Ia mulai menulis di papan tulis. Ada tiga kota yang ingin dituju. Samarinda, Balikpapan dan Tenggarong. Dengan keterbatasan dana dan waktu yang diberi hanya satu hari tanpa nginap menjadikan pilihan itu yang available.
Samarinda mungkin pilihan terakhir karena wisata pasti mereka rata-rata sudah bosan ke sana. Apalagi itu-itu saja. Poin yang penting memang kebersamaan tapi lokasi juga mendukung atmosfer sehingga tercipta momen liburan yang serasi.
“Karena kalian tidak ada yang memilih Samarinda, berarti antara Balikpapan atau Tenggarong.”
Balikpapan. Di sana banyak mall dan pantai. Dari dulu jaman SD dan SMP jika ke sana alurnya ke Mall ini, itu, atau situ. Setelah itu ke pantai kalau tidak Manggar atau Lamaru. Sebenarnya mereka juga agak jenuh.
Pilihan kedua, Tenggarong. Ada Museum Tenggarong, Pulau Kumala, Museum Kayu. Pasti mereka rata-rata sudah ke sana.
Mari memulai voting. “Yang mau Balikpapan angkat tangan.”
Separuh mengangkat tangannya. Dey tidak tertarik jadi dia diam saja. Begitu pula Haris, Marisa, Fandi, Yana dan Erma.
“Tenggarong?”
Lebih separuh dari semua mengangkat tangan, termasuk Dey. Marisa teriak, “Yang udah milih Balikpapan masih milih Tenggarong juga? Turun! Turun!”
Haris menyela Marisa. “Nggak papa. Okeh, jadi ke Tenggarong.”