BYSTANDER

Ralali Sinaw
Chapter #35

Bloopers

1. Scene "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana"

Ozi        : “Bukan. Aku kasih clue. Aku sebutkan salah satu kalimatnya. Aku…”

Dey       : “Tanganmu, belum kamu taruh di dagumu.”

Ozi        : “Aku lupa. Three, two, one, Action! Aku ingin…”

Dey       : “Tarik napas dulu sama nadamu usahakan jadi kayak Thor.”

Ozi        : “Di naskah ndak gitu. Langsung ngomong.”

Dey       : “Ini lho tertulis! Coba baca baik-baik.”

Ozi        : “Mau ngomong aku ingin mencintaimu susah banget sih.”

Dey       : “Coba ngomong.”

Ozi        : “Malas sudah.”

Dey memukul naskah ke bahu Ozi.

Ozi        : “Aw! Iya iya aku coba ngomong. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu ke api yang menjadikannya abu.”

Dey       : “Bukan ‘ke’. Tapi ‘kepada’.”

Ozi        : “Kan salah dikit, nda papa lah. Aw! Sakit, Dey!”

Dey       : “Cut-Cut! Scene ini dihilangkan aja! Lanjut adegan berikutnya!”

2. Scene “Perpustakaan”

Auliana : “Aral! Ayo nonton Perahu Kertas 2!”

Aral       : “Masih jam setengah dua. Kamu udah beli tiketnya, Auliana?”

Auliana : “Sudah dong! Dua tiket jam lima lewat sepuluh.”

Aral       : “Oke, Aulina.”

Auliana : “Auliana. A-U-L-I-A-N-A. Dari awal salah mulu manggil nama, Lar.”

Aral       : “Kenapa hanya aku yang manggil kamu Auliana sedangkan Dey manggil kamu Nana. Bolehkah aku protes pada yang buat naskah ini? kamu juga sering manggil aku Lar-Lar.”

Auliana : “Kamu protes sendiri saja sana. Kamu ndak tau yang nulis mirip Ulum sifatnya?”

Aral bergidik ngeri. Minta maaf penulis yang menatap tajam ke arahnya.

Auliana : “Kami ulang lagi dari saya datang dengan radar Neptunus. Ayo Aral biar kita survive!”

Aral : “Tiga, dua, satu. Action!”

3. Scene “jalan santai di sekitar jalan Weka ke berapa”

Dey       : “Marisa, ayo lari-lari kecil.”

Marisa   : “Di! Tunggu dulu. Aku ikat tali sepatu.”

Dey berbalik dan menatap Ozi yang sedang memandangnya juga.

Ozi        : “Waduh! Hampir saja jatuh gubrak!”

Dey       : “Hahahaha! Kesandung batu dia.”

Ozi        : “Siapa yang naruh batu di sini? Aku minggirkan ini dulu.”

Marisa   : “Ngulang lagi nih? Tali sepatuku udah rapi. Masa harus di urai lagi. Huft!”

4. Scene “Pohon Ketapang”

Semua menunggu daun kering yang jatuh. Datanglah orang membawa tiga karung beras 25 kg berisi daun ketapang kering.

Auliana : “Yakin mau dipake semua? Coba Zi kamu ambil secukupnya di kedua tanganmu.”

Ozi        : “Satu karung aja ndak nyampe.”

Auliana : “Kalau dihamparkan ke rumput sekitar pohon seadanya biar kelihatan alami. Sisanya dipake yang lain saat kamu lempar daun dari tanganmu. Biar keliatan banyak masuk ke kamera. Kayak Euntak niup dandelion. Ada orang lain yang niup dan kipasin.”

Ozi        : “Kipas angin ndak sempat disiapin.”

Lihat selengkapnya