Cabe Rawit Beracun.

Maina Zegelman
Chapter #1

Prolog

Saat itu hujan begitu lebat. Dalam musholla berukuran minimalis, shaff perempuan, hampir kosong melompong. Di atas mimbar, ada dua orang anak kecil yang melaksanakan sholat Maghrib. Lantunan ayat-ayat, yang bisa diperhitungkan, panjang bagian walladhooooolliiin .dibuat menjadi, 16 harakat.

Dia adalah imam yang antikritik. Dibelakang mereka, terdapat seorang wanita memakai ghamis berwarna merah-bata bermotif bunga sakura, duduk dibagian belakang. Wanita itu menatap tajam sambil menghafal ayat, memakai Al-Qur'an mushaff berarti. Karena dia sedang datang bulan, dia hanya bisa memakai itu.

Selesai sholat, dua gadis kecil memakai mukena bermotif, macam-macam bentuk tokoh kartun, datang menghampiri untuk mengambil Al-Qur'an terbitan Madinah, yang berada di etalase musholla.

Ia terkejut, kala ke dua muridnya itu mengambil untuk dibaca. Aslinya, mereka masih iqro'. Ina langsung berdiri dan menegur mereka.

"Bukannya kalian masih Iqro'"

Ria dan Lila, terpaku karena ketahuan membawanya, saat Ina melihatnya. Ina memasang wajah sedikit dingin, datang menghampiri mereka. Ia berdiri dengan tatapan yang begitu tajam dari biasanya, terutama kepada salah seorang anak, memakai mukena bermotif unicorn, yang di mana ia sudah merasa memendam kekecewaan yang berat.

"Kalian sudah Iqro' berapa?" Tanya Ina. Ia menunggu jawaban penuh kejujuran dari 2 gadis kecil, yang duduk berhadapan dengannya.

"Aku sebenarnya mau masuk Iqro'enam. Kalau ngaji di sini. Tapi kalau dirumah, ngaji sama mama, aku udah Al-Qur'an." Ucap Ria sejujurnya. Meskipun jujur, Ina memastikannya apakah itu benar, atau salah. Dia sudah menemukan anak-anak pembohong, di mana ada salah satu korban yang saat itu tertimpa masalah besar, akibat ulah bocah-bocah berusia 8 tahun. Salah pelakunya ada di antara mereka berdua.

"Baca!" Ina memerintah Ria untuk melantunkan, kalam Allah yang diawali dengan ummul qur'an. Dia membaca, sambil menunjuk huruf hijaiyah yang tersambung, beserta panjang pendek. Lalu kemudian dilanjutkan dengan Surah Al-Baqaroh. Namun dia hanya sanggup sampai ayat ke empat.

Di sini, Ina percaya pada Ria. Dia mencoba membuka Iqro 4 dibagian paling tersulit. Dan dia sanggup membacanya. Walau panjang pendeknya agak kurang jelas.

Lalu, ia mengangkat wajahnya ke Lila. Gadis itu tampak ketakutan. Entah apa yang ditakutinya, hal itu telah dibaca oleh Ina.

"Kamu Iqro berapa?"

Lila menunjukan empat jari dengan hilang-hilang timbul. Melihat itu, dahi Ina mengkerut.

Lihat selengkapnya