Pengerjaan resort tetap dilaksanakan di hari yang telah disepakati meski hal yang terjadi dua hari yang lalu. Sebenarnya orang-orang yang berada di tempat yang akan mereka lakukan ground breaking tampak terkejut melihat beberapa bagian yang sudah siap dibangun serta material-material yang berada di sana. Alia meluhat semua itu hanya menghela napas panjang, tidak mau mengatakan apa-apa dan setidaknya semua orang sepakat untuk tidak mempertanyakan hal tersebut.
Atau itu yang Alia pikir, karena Sapta yang berdiri di sampingnya, berbisik dan bertanya, “Al, survey kemaren sekalian ground breaking ya?”
“Tanya aja deh sama Ko Delon.”
Sapta mengernyit mendengar Alia menjawab dengan judes. Meski Sapta tahu kalau Alia tampaknya menyimpan amarah kepada Delon semenjak Wanda dipekerjakan sebagai asisten pribadi senior mereka itu. Akan tetapi, sampai detik ini sebenarnya Sapta masih belum benar-benar mengerti apa yang sebenarnya terjadi antara Alia dan Delon. Bahkan sebenarnya Sapta belum benar-benar bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi dua hari yang lalu.
Karena bisa-bisanya ada yang kerasukan dan Delon hampir dicekik mati. Juga Hadi yang memuntahkan bunga merah—yang saat Sapta bercerita pada Pak Sungai dibilang itu adalah bunga ulin—dan yang paling terpenting, Sapta masih belum bisa menerima kejadian lampu meledak dua kali saat rapat tentang resort ini. Pertama di Balikpapan dan sekarang di Malinau adalah hal yang benar-benar tidak masuk akalnya Sapta. Lalu sekarang, Sapta melihat sendiri tempat yang seharusnya menjadi resort ini seharusnya mulai dengan survey lanjutan lokasi sembari menunggu kontraktor membersihkan tanah yang masih tertutup pepohonan lebat, justru sudah banyak yang bisa langsung dimulai pembangunan.
Sapta masih hendak mendapatkan jawaban dari apa yang sebenarnya terjadi, akan tetapi Alia sudah bergerak mendekati Delon dan Wanda yang tengah mengobrol sembari menunjuk ke arah yang masih tertutupi pepohonan. Kemudian Sapta tersadar jika dirinya yang ditinggalkan sendirian yang membuatnya kesal.
“Bang Sapta!” panggilan Rizki membuat Sapta menoleh dan melihat lelaki yang lebih muda itu berjalan ke arahnya dengan tergopoh. Saat sampai di depan Sapta, napas Rizki terengah-engah, kemudian mendengar pertanyaan, “Abang kemarenan beneran muntah bunga ya?”
“Hah? Bukan gue.”
“Loh kata Pak Sungai tadi ada yang muntah bunga pas rapat.”
“Iya ada, tapi bukan gue.” Sapta kemudian menunjuk Hadi yang tengah berjalan dengan beberapa tukang yang sekarang ditugaskan untuk membersihkan pepohonan yang belum ditebang. “Itu yang muntah bunga, bukan gue.”
“Oh, kirain Abang.”
“Kenapa emangnya? Tadi kek panik banget gitu pas nyamperin gue.”
“Mbak Alia atau Mbak Wanda gak ada cerita ya?”
Sapta menatap Rizki, kemudian bertanya, “Hah? Cerita apaan?”
“Aku waktu itu juga muntah bunga dan tidak berapa lama kena sial.” Rizki tampak tidak yakin untuk mengatakan yang terjadi kepadanya. Akan tetapi, Rizki akhirnya berucap, “Waktu itu aku digigit ular aneh di sini. Makanya aku nyamperin Abang, maksudku jangan sampai masuk hutan, soalnya....”
Penjelasan Rizki tidaklah selesai lantaran terdengar teriakan yang jelas itu adalah teriakan Hadi. Sapta dan Rizki tentu segera menoleh ke arah suara. Refleks Sapta tentu segera berlari menghampiri Hadi, akan tetapi Rizki yang tetap tinggal. Alia dan Wanda tentu segera berlari menyusul Sapta. Akan tetapi, Delon hanya berjalan hingga berhenti di depan Rizki, lalu menghela napas panjang.
“Apa ular lagi?” tanya Delon yang terdengar datar dan seolah tidak peduli.
Itu membuat Rizki terdiam, karena sejujurnya dia tidak menyangka jika akan mendengar hal itu. Juga meski Rizki mendadak merasakan gelombang ketakutan dan hendak lari, dirinya tidak bisa. Kemudian, Delon menoleh ke arah Rizki dan menatapnya tanpa ekspresi. Akan tetapi, Rizki merasa tatapan Delon saat ini seolah-olah memperingatkan untuk tidak melakukan hal yang membuatnya marah.
“Percuma memperingatkan semua orang, mereka lebih memilih uang daripada nyawa. Sama sepertimu, ‘kan, Rizki?”
***
Saat Sapta, Alia dan Wanda sampai di tempat Hadi berada, lelaki itu sudah terjatuh dan ular aneh yang mengigitnya mendesis. Semua orang yang bersama Hadi tadi sudah lari sejauh mungkin, meninggalkan mereka bertiga di sana. Sapta menahan Alia yang hendak berlari menghampiri Hadi karena tahu itu berbahaya, tapi lupa untuk melakukan hal yang sama kepada Wanda.