Cagak Cemani

Noor Angreni Putri Hasim
Chapter #18

17: Mencoba untuk Membuka Hal-Hal yang Coba Disembunyikan oleh Bos Kantor Mereka

Proyek kembali terhenti karena ada kecelakaan kerja, meski entah apakah Louya itu bisa disebut sebagai kecelakaan saat dia jelas telah gagal melakukan hal yang seharusnya menjadi pekerjaannya. Itu tentu bukanlah hal yang diinginkan oleh Delon, Pak Bara dan Pak Dean dengar.

Tapi ... apa penyebab ritual itu gagal?

Apa jangan-jangan Delon memperkerjakan Louya palsu?

“Dia tidak palsu, Al.” Jawab Wanda setelah menunggu Alia menyelesaikan cerita serta hipotesanya dari kasus yang terjadi kemarin. “Hanya jelas saja ilmunya tidak cukup untuk menghadapi pohon ulin itu.”

“Kamu tahu ini sejak awal, Wan?” tanya Alia yang hanya dijawab anggukan oleh Wanda. “Lalu kenapa kamu tetap mau bekerja kemari saat tahu seberbahaya ini?”

“Aku hanya menjagamu, Al.”

“Tapi kamu bahkan sampai kena gerd karena bekerja di sini!”

“Itu penyakit bawaanku, Al. Tidak ada hubungannya dengan pekerjaan ini.”

Alia mendengarnya tentu emosi, kemudian bertanya, “Gimana kamu bisa bilang gak ada hubungannya?!? Kamu sampai masuk rumah sakit karena puasa sia-sia itu!”

Wanda hendak menenangkan Alia, akan tetapi suara pintu yang diketuk membuat keduanya menoleh. Kemudian, pintu ruang rawat terbuka dan memperlihatkan Sapta dan Delon yang berada di belakang lelaki itu. Tadinya Alia hendak menanyakan keadaan Sapta karena saat di site tiba-tiba pingsan, akan tetapi tidak diucapkannya dan melengos. Membuang muka dan memilih kembali menatap Wanda yang memandangi langit-langit kamar rawatnya.

“Kata perawat, besok kamu bisa pulang, Wanda.” Delon mencoba memecahkan keheningan yang canggung dan Wanda perlahan menatap lelaki yang jelas terlihat kacau. “Jangan lupa minum obatmu dan makan tepat waktu.”

Alia menoleh ke arah Delon dan menatap lelaki itu murka. Bisa-bisanya mengatakan hal itu saat penyebab Wanda sampai terbaring di ruang rawat klinik ini karena puasa konyol yang dibuat selama 49 hari. Puasa yang berakhir sia-sia karena Louya yang menyebalkan itu justru mati di depan semua orang karena menusuk dirinya dengan samurai yang katanya harusnya digunakan untuk menebas pohon ulin.

Adegan yang Alia tidak begitu lihat dengan jelas karena Sapta menutup pandangannya. Akan tetapi, Alia yakin jika itu benar-benar brutal karena Sapta sampai kehilangan kesadaran. Serta meski membenci fakta bahwa Alia bisa membawa ke klinik untuk memastikan keadaan Sapta karena Delon yang menghampirinya yang dalam keadaan panik.

“Sampai kapan proyeknya akan terhenti?” tanya Wanda yang membuat Delon menghela napas panjang. “Juga baiknya mungkin Ko Delon memperhatikan kesehatan dirimu. Wajahmu terlihat suram.”

“Mudah mengatakan hal yang tidak terjadi kepadamu, Wanda.”

“Tentu, itulah menyenangkannya bekerja dengan posisi yang tidak begitu banyak tanggung jawabnya.” Wanda tidak tersenyum dan Alia menyadari tatapan sahabatnya itu benar-benar datar kepada Delon. “Sejak awal aku sudah mengatakan untuk tidak menganggu pohon itu jika mau pembangunan resort ini selesai.”

“Klien tidak mau eksistensi pohon itu ada dan itu final.”

“Harusnya suruh dia datang dengan guru spiritualnya itu dan lihat apakah dia mampu mengenyahkan pohon yang disebutnya sebagai bad feng shui itu.”

“Kamu pikir orang sibuk punya waktu untuk datang ke tempat yang masih bermasalah begini?”

“Jadi nyawa orang-orang yang berjatuhan karena pohon ulin itu tidak lebih berharga dari waktunya klien Ko Delon ya?”

Delon hendak mengatakan sesuatu, akan tetapi pada akhirnya dia hanya diam. Sapta melirik Delon, kemudian memutuskan melangkah mendekati Alia. Menyerahkan kantong plastik berisi jeruk, sesuai pesanan Alia yang meminta untuk membelikan itu untuk Wanda sebagai snack.

Meski Sapta tidak yakin memberitahukan Alia dan Wanda jika itu dibelikan oleh Delon. Karena ekspresi perempuan itu jelas tengah menilai negatif kepada Delon dan Sapta tahu bahwa hal terbodoh yang bisa dilakukan oleh seorang lelaki adalah berurusan dengan perempuan yang tengah marah. Apalagi dengan tatapan seperti itu, hal terbaik yang bisa dilakukan oleh seorang lelaki adalah diam menerima semua penilaian dan menjelaskan saat diberikan kesempatan. Tentu kesempatan itu bukanlah hal yang mudah didapatkan, karena Sapta tahu jika perempuan sudah diam dan tidak peduli, maka itulah akhir dari segalanya untuk lelaki.

***

Lihat selengkapnya