"Kenapa itu muka? Pagi-pagi kok udah lemes aja." sambutan yang lumayan hangat tapi nyatanya belum cukup menghangatkan hatiku.
Tanpa menghiraukan Andi yang sibuk mengikutiku segera ku ambil kursi dan mendudukinya.
"Mimpi lagi?" pertanyaan kedua pagi ini.
"Ibu masuk Rumah Sakit." jelasku, kulihat wajahnya terkejut.
"Ibu mu? Kapan? Kok bisa?" heran. Jelas. Selama menjadi temanku dia sangat tahu kondisi keluargaku. Ibu sangat jarang sakit.
"Kemarin. Pulang sekolah itu Bapak nelepon ngasih tahu Ibu pingsan di kamar mandi. "
"Ya Allah.." serunya penuh kecemasan.
"Terus sekarang gimana kondisinya ?" Aku menghela napas berat, menarik resleting tas dan mengambil laptop di dalamnya.
"Ibu belum sadar Ndi. Om Indra bilang ibu kena stroke."
Mendengar kondisi Ibu Andi juga shock, wajahnya pias. Di paksanya tubuhnya duduk di kursi depan mejaku.
"Nanti siang aku ikut ke Rumah Sakit ya." Aku mengangguk menanggapi permintaannya.
Seperti rencana tadi pagi, pulang dari ngajar aku langsung menuju ke Rumah Sakit bersama Andi. Dalam perjalanan aku sempatkan membeli makan untuk kakakku yang sedang menjaga Ibu. Sepanjang perjalanan kami hanya terdiam. Tak ada pembicaran menarik yang biasanya mengiringi kebersaman kami kali ini.
Mbak Asya sedang menelpon saat aku memasuki kamar perawatan Ibu, Bapak tak nampak disana. Entah beliau sedang dimana. Mungkin di mushola.
Ku pandangi wajah Ibu, guratan-guratan tuanya tak mampu mengikis wajahnya yang masih kelihatan cantik.