Dokter segera memeriksa kondisi ibu. Sementara kami bertiga menunggu dengan cemas. Wajah lelah namun penuh harap besar tergambar jelas disana.
"Bagaimana dok?"
"Alhamdulillah pak, sepertinya kondisi Ibu mulai mengalami perkembangan. Melihat respon yang ditunjukan semoga ini tanda yang baik."
Kami menghela napas lega, rasanya sebuah beban berat terangkat sudah.
"A... a.. aya... "
Aku terkejut mendegar suara yang lebih mirip rintihan itu.
"Mbak, Ibu..." Mbak Asya yang juga tak kalah terkejutnya segera menghampiri Ibu untuk mamastikan kalau suara itu keluar dari mulutnya.
"A.. a.. aya... "
"Iya bu, ini Asya. Anak ibu." Katanya sambil mengengam tangan ibu.
"A.. a.. aya."
Aku mengernyitkan dahi, Aya. Kenapa ibu bisa panggil Mbak Asya Aya? Tunggu, kenapa nama itu seperti familiar. A.. Aya... Tunggu, kenapa nama itu sama dengan nama gadis yang sering datang di mimpiku.
Bapak menepuk pundak Mbak Asya.
"Kenapa Sya?"