"Saya suka kamu Aya? Apa .. Apa kamu mau jadi pacar saya?" wajah gadis itu merona, cantik. Bahkan jingga warna senja kalah dengan merah rona wajahnya yang sederhana. Sedetik kemudin senyum paling indah disore itu tersunging dari bibir tipisnya. Anggukan kepalanya yang pelan cukup menjadi jawaban atas gundah hatiku beberapa bulan berselang.
Ku beranikan menyentuh tanggannya dan mengengamnya. Lagi, bibir nya menyungingkan sebuah senyuman yang ku balas dengan senyum juga. Ah, sungguh ku ingin waktu berhenti barang sejenak untuk merekam momen ini.
Namun tiba-tiba gadis itu melepaskan gengaman tanganku, raut wajahnya lantas berubah muram, perlahan kakinya melangkah menjauh.
"Aya.. Aya.. Cahaya.. ! semakin dia mempercepat langkahnya. Entah kenapa tak bisa ku gerakkan kakiku untuk mengejarnya, Hanya sekali dia menoleh dan bisa kulihat butiran bening air mata membasahi wajah cantiknya. Mengiris hatiku.
"Aya... Aya... Cahaya!"