"Maaf mbak, lebih baik mbak duduk disini dulu. Tenangkan fikiran mbak. Akan berbahaya jika mbak melanjutkan berkendara dengan kondisi seperti ini" ucap pria itu dengan wajah dinginnya. Tania seketika membatu. Dia malu karena sempat berfikiran yang tidak-tidak tentang pria itu. Dia menarik nafas dalam. Benar kata pria itu lebih baik dia menenangkan fikirannya sebelum kembali mengemudikan kendaraan. Dia tak mau mencelakai dirinya dan orang lain.
Tania menganggukkan kepalanya menuruti ucapan pria itu. pria itu melepaskan tangan tania dan berjalan ke arah bangku yang terletak di sebuah taman dekat lokasi kecelakaan. "Silahkan duduk mbak." ucap pria itu lembut diiringi senyuman. Tania membalas senyum pria itu dengan sedikit canggung. "Maaf kalau boleh saya boleh tau, mbak ada masalah apa ya?" tanya pria itu. Lagi-lagi tania hanya menjawab dengan tatapan sendunya. Dia membungkam bibirnya dan menundukkan kepalanya. Dia berusaha untuk menahan dan menghentikan airmatanya yang sedari tadi setia menetes.
"Ya sudah mbak, tidak apa-apa jika mbak tak mau menceritakan masalah mbak kepada saya. Saya hanya bisa bilang apapun masalah yang mbak alami saat ini, pasti akan ketemu solusinya yang penting mbak harus sabar dan ikhlas." pria itu berusaha menenangkan tania. Tania memandang pria itu. "Terima kasih." ucap tania sambil tersenyum lirih. "Oh iya, saya andre." pria itu mengulurkan tangannya. "Tania." ucap tania sambil membalas uluran tangan andre.
"Kalau begitu saya pamit dulu ya. Mbak yang sabar ya. Mbak harus kuat." andre melenggang pergi kembali menuju mobilnya meninggalkan tania seorang diri yang masih sibuk dengan upaya menenangkan diri. "Apa yang dia katakan tadi? Dia menyuruh aku untuk sabar? Bagaimana caranya aku bersabar? Bagaimana caranya agar aku kuat ketika rumah tangga yang selalu aku banggakan tak mampu lagi ku pertahankan? Ini sangat menyakitkan, benar-benar menyakitkan." rintih tania diikuti airmata yang kembali membasahi pipi. Dia mengusapkan kedua tangannya ke wajah kemudian menatap langit.
"Sekarang apa yang harus aku lakukan tuhan? dengan bodohnya, selama ini Aku selalu menutup mataku dari semua perbuatannya kepadaku. Aku tau ini bukanlah pertama kalinya dia berselingkuh. Aku tau semua tuhan. Sebenarnya Apa salahku padanya? Aku hanya mencintainya. Benar-benar mencintainya. Apa aku harus kembali menjadi wanita bodoh yang selalu memaafkannya? Sampai kapan aku harus menahan semuanya?" tania menangis sejadi-jadinya membuat beberapa orang yang melintasi jalan melirik ke arahnya.
"Tidak, aku tak bisa lagi memaafkannya. Aku akan bercerai. Ya... Aku harus bercerai darinya." tania menghapus airmatanya dan bangun dari bangku taman. Ia berjalan menuju mobilnya lalu melajukan mobilnya kembali menuju rumah.
Selang beberapa saat, mobil tania akhirnya memasuki pekarangan rumah. Dia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ketika dia merasa sudah cukup tenang, dia membuka pintu mobil dan berjalan memasuki rumahnya. Sepi, tak ada seorangpun di dalam rumah. Tak mau membuang waktu, tania langsung masuk ke kamar dan mencari buku nikah serta segala syarat lainnya untuk mengurus perceraian.