Sepulangnya dari rumah sakit, seorang wanita yang baru saja melahirkan, menangis tersedu-sedu.
"ARGHHHHH!" Wanita itu mengerang kesakitan dan matanya berair merasakan keram di perutnya. Darah nipas keluar hingga berceceran di lantai. Ia berjalan dengan di rangkul oleh supir pribadinya.
Mendengar suara teriakan dari lantai bawah, seorang assistant rumah tangga pun datang menghampiri majikannya.
"Ya ampun, Bu. Darahnya berceceran. Dimana anak Ibu?" tanya assistant tersebut yang bernama Siti.
"Anakku ... hiks ... suamiku mengambil anakku ...." Ibu itu berucap lirih.
Assistant itu terkesiap mendengarnya. "Ya, ampun. Kenapa Bapak tega sekali?"
Suaminya pun datang dan istrinya langsung bangkit meskipun perutnya sakit. Napasnya naik turun menahan emosi yang sejak tadi bergemuruh hebat di dalam dada. Matanya menatap tajam pada suaminya yang tega memisahkannya dengan putri kandungnya.
Ia sontak berteriak, "Dimana putriku? Kemana kamu membawa putriku?"
"Berisik!" sergah Suaminya.
"Aku gakan berhenti menanyakan putriku Mas, sampai kamu mau menjawabnya!" cecar wanita itu. Namun pria berbadan kekar itu hanya diam saja sembari pandangan ke arah lain.
"Cepat katakan di mana kamu menyembunyikan putriku, Mas?" tanyanya memaksa suaminya mengatakannya.
"Aku sudah menyingkirkan bayi itu dan aku pastikan tidak akan ada yang bisa menemukannya, termasuk kamu!" jawabnya membuat wanita itu terperangah.
"Kamu benar-benar jahat, Mas. Kamu gak punya hati!" hardiknya.
"Kamu yang gak punya hati! Kamu yang sudah mengkhianati pernikahan kita, jadi kamu harus menerima akibatnya." Pria berengos itu pergi meninggalkan istrinya begitu saja.
Seperti tak punya kekuatan pada kedua kakinya, ibu muda itu langsung terjatuh ke lantai dan menangis tersengut-sengut.
"Putriku ... anak ku," lirihnya.
Assistant wanita itu merasa terenyuh. Ia lantas mengusap punggungnya. "Ibu yang sabar, ya," ucapnya berupaya menguatkan.
Ibu itu hanya mengangguk. Mereka pun segera merangkul majikan mereka membawanya ke kamar untuk beristirahat.
Assistant bernama Siti itu menasehati, "Ibu istirahat saja. Jangan banyak pikiran." Mereka bergegas keluar kamar, membiarkan majikannya beristirahat.
Sarah pisah ranjang dengan Vahar-suaminya sejak ia mengandung bayi yang tak diinginkan suaminya.
"Kasihan ya ibu harus mengalami ini," bisik bi Siti kepada supir bernama Johan.
"Iya. Tega banget si bapak. Biarpun ibu selingkuh, tapi bayinya kan gak berdosa," timpalnya memasang raut kesal.
"Tapi gua gak yakin kalau si ibu selingkuh. Apa Bapaknya yang ngada-ngada?" sambungnya memasang raut curiga.
"Gua gatau. Tapi sayang banget kalau bener bayinya di telantarin. Apalagi si ibu baru aja melahirkan," timpal pak Johan.
"Iya. Ishh jangan sampe nanti gua dapet suami kaya dia," ucap bi Siti sembari pundaknya bergidik.
Saat sedang asyik mengobrol, tiba-tiba orang yang sedang mereka bicarakan datang dan langsung menegur mereka. "Sedang apa kalian di depan kamar istri saya?"
Mereka seketika gugup sekaligus takut. "Uhmm ... anu, Pak. Itu ... anu ...." Bicara assistant itu tidak jelas.
"Kalian habis membicarakan saya, ya?" tanyanya sempat mendengarkan perbincangan mereka tadi dan sekarang mereka mendapatkan tatapan majikan yang begitu mengintimidasi.
"Bukannya bekerja, kalian malah asyik bergosip di sini!" bentaknya.
"Maaf, Pak. Kalau begitu, saya permisi ke dapur." Assistant itu meminta izin padanya dan langsung bergegas pergi untuk menyelesaikan tugasnya yang belum tuntas.
"Bukannya dari tadi, malah asyik ngomongin orang!" geramnya sembari berkacak pinggang.
"Saya juga izin keluar. Mau cuci mobil." Supir itu pun bergegas pergi.
Pria berengos itu menghela napas gusar lalu memasuki kamar yang di mana istrinya tengah berbaring di atas ranjang. Menyadari ada yang datang, wanita itu sontak menoleh ke arahnya.
"Aku harap kau menyadari kesalahanmu setelah ini. Aku melakukan ini agar kau menyesali perbuatanmu," ucapnya dengan tegas.
Tak terima dengan tuduhan itu, ia langsung bangun dari tidurnya dan sontak membantah ucapannya. "Aku cuma korban, Mas! Pria bejat itu mengarang semuanya agar kamu percaya," teriaknya. "Seharusnya kamu percaya denganku sebagai istrimu, Mas. Bukannya menuduh yang macam-macam."
Ia memalingkan wajah seraya tak mempercayainya. Kemudian kembali menatap istrinya tajam. "Apa kau tidak lelah bersandiwara? Aku yang mendengarnya bosan!" Suaminya langsung pergi dengan bantingan pintu yang kencang.
Rasa sakit seakan menghujani hatinya. Wanita itu menangis tak sanggup membayangkan masa depan putri kandungnya. Bagaimana nasib putrinya yang akan hidup tanpa orang tua?
"Rasanya hatiku hancur ... kamu gak percaya padaku, Mas. Disaat situasi seperti ini, aku sangat membutuhkan kepercayaanmu dan dukunganmu dalam menghadapi masalah. Tapi justru kamu malah membuatku semakin tak berdaya," keluhnya.
Wanita itu meraba lehernya yang polos. Biasanya selalu terpasang kalung emas yang kini sudah diberikan kepada putrinya. Ia pun bergumam, "Semoga suatu saat ibu bisa menemukanmu, Nak."
Seketika ia bergeming. Kenangan indah saat menjalin hubungan dengan suaminya terbayang di benaknya.
Pria muda bernama Vahar bertubuh gagah serta jenggot yang tumbuh disekitar rahangnya menambah aura maskulin yang begitu melekat padanya. Meskipun begitu, dirinya dapat bersikap romantis terhadap pasangan.
Dengan membuktikannya, sekarang ia pun berlutut di hadapan wanita cantik pujaan hatinya. Ia membuka sebuah kotak perhiasan berisikan kalung emas liontin bunga yang sangat indah. Kedua netra indahnya berbinar terpukau dengan pemberian kekasihnya.
"Aku meminta izin kepadamu untuk memasangkan kalung ini di lehermu." Pria itu pun berdiri di belakang punggungnya setelah wanita itu menganggukkan kepala.
Pria berengos itu mengesampingkan rambut indahnya yang terurai panjang. Lantas mengaitkan kalungnya hingga leher yang tadinya tampak polos membuat aura kecantikannya semakin terpancar. Senyumannya merekah tatkala memegang kalung indah tersebut.
"Ya ampun, Mas. Kalungnya sangat indah!" ucap gadis kembang desa itu yang merasa sangat bahagia.
"Kamu akan mendapatkan segalanya setelah menikah denganku. Aku akan memberikan segalanya yang kumiliki dan aku pastikan kau akan bahagia hidup bersama denganku," janjinya membuat wanita itu terkesiap.