Cahaya Cinta

May Marisa
Chapter #8

Ikatan Batin Seorang Ayah #8

Vahar terus memikirkan kejadian semalam. Hatinya hancur karena ia pikir hubungan dirinya dengan Sarah akan semakin baik namun sebaliknya, hatinya seperti dipatahkan. Hancur mengingat istrinya tega mengkhianatinya. Istrinya yang ia kenal lugu berasal dari kampung, ternyata adalah seorang pembohong. Mulutnya begitu berbisa. Kini kepercayaannya pun telah hilang.

Dalam lamunan, tiba-tiba suara telepon mengejutkan. Ia Lekas mengangkat teleponnya dan menjawabnya.

"Hallo, Pak. Gawat ini, Pak!" terdengar suara panik dari seberang telepon.

"Gawat kenapa? Kamu jangan bikin saya panik!" Vahar merasa cemas.

"Itu ... anu, Pak. Ibu ... ibu kabur dari rumah!" teriak Bi Siti, panik.

"Apa?" Vahar terkejut. Ia terdiam sejenak, memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Jangan-jangan istrinya akan kembali kepada ibunya setelah mendapat satu talak darinya. Ia pun bertanya kemana perginya?

Bi Siti menjawab dengan cemas, "Gak tau, Pak. Ibu gak bilang perginya kemana? Tapi ibu bawa tas."

Vahar menghela napas. Hatinya gelisah tak karuan. "Terima kasih atas infonya, Bi. Saya tutup dulu, ya, saya masih banyak pekerjaan."


"Iya, Pak. Saya juga masih banyak pekerjaan rumah yang harus saya kerjakan," ucap Bi Siti. Vahar lekas menutup teleponnya, kemudian menghela napas gusar.

Sementara itu, Sarah pun tiba di kampung halamannya yaitu di Bandung. Ibunya tampak terkejut mendapati putri semata wayangnya pulang dalam keadaan menangis.


Ibunya terkejut melihat putrinya terlihat sangat sedih. Ia pun bertanya, "Sarah ... kamu kenapa, Nak?"

"Ibu ..." Sarah menangis tersedu-sedu dan tak bisa menjawab pertanyaan ibunya. "Ya sudah. Ayo kita masuk! Kita ceritakan semuanya di dalam."


Sarah pun menceritakan semuanya. Bahkan sudah dua kali pria bejat bernama Gaffar itu sudah menodainya. Hatinya sangat rapuh karena pernikahannya sudah di ujung tanduk. Nadanya penuh keputusasaan. Ibunya pun terenyuh mendengar penderitaan putrinya yang selama ini ia pendam sendiri.


Ibu menghela napas, lalu menasihatinya, "Kenapa kau tidak menjelaskan semua yang telah terjadi kepada Vahar?"


Sarah menjawab dengan frustasi. "Vahar sudah terlanjur melihatnya, Ibu, dia tidak akan percaya lagi padaku. Ia hanya percaya dengan apa yang ia lihat. Ia takan mau mendengarkanku lagi, Ibu."

"Maafkan aku, Ibu. Aku merasa hancur. Vahar, suamiku, tidak mempercayaiku lagi dan bahkan ia sudah mengucapkan talak kepadaku. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan," kata Sarah sambil terisak.


"Vahar ... dia mengucapkan talak? Sebanyak apa ia mengucapkan kata talak?" tanya ibu dengan nada yang lembut.


"Semalam, untuk yang pertama kalinya. Itu sangat menyakitkan, Ibu. Aku takut ... aku takut, bagaimana jika kata talak keluar lagi dari mulutnya? Aku tidak mau berpisah dengannya, Ibu."

Ibu Sarah memeluknya dengan penuh kasih sayang. "Tenang, Nak. Kita akan mencari jalan keluar bersama-sama. Kita akan melewati ini bersama."


"Izinkan Sarah untuk tinggal di sini untuk beberapa hari, Ibu," pinta Sarah di tengah dekapan hangat sang ibu. Ibunya Sarah mengangguk. "Iya, kau boleh tinggal bersama ibu."


"Terima kasih, Ibu." Hati ibunya merasa hancur mengetahui hubungan putrinya dengan suaminya sedang tidak baik-baik saja. Ia pun berdoa agar masalah mereka diberikan jalan keluar sehingga mereka dapat bersatu kembali.



Fazwan terus disapa oleh teman-teman lama sekantornya. Ia merasa senang dan rindu suasana kantor. Bahkan tak jarang para karyawan yang menghormatinya.


"Saya senang bisa kembali lagi di kantor ini. Saya sangat merindukan suasana kantor dan kalian semua!" sapa Fazwan kepada mereka semua.

"Fazwan, kami juga merindukanmu! Tanpamu, suasana di kantor terasa sangat berbeda," kata pria bertubuh buncit berkulit putih.

"Benar sekali! Kamu selalu dihormati oleh semua orang di kantor. Kehadiranmu sangat berarti bagi kami," ucap seorang karyawati.

Fazwan tersenyum. "Terima kasih, teman-teman. Kata-kata kalian sangat berarti bagiku."

"Tahu gak, Fazwan, saat berita tentang kasus penggelapan uang itu, aku gak bisa mempercayainya. Aku percaya padamu sepenuhnya. Aku tahu kamu orang yang baik dan tidak akan melakukan hal seperti itu," ucap karyawan pria yang bertubuh tinggi dan besar yang memiliki warna kulit sawo matang.

Lihat selengkapnya