CAHAYA DI BALIK BAYANG

Lewi Satriani
Chapter #14

Bab 14: Pak Guru Dirga Mengajariku

Sejenak ada keheningan diantara keduanya…keheningan yang canggung…Adrian merasakan masih ada kemarahan, baik dalam diri Dirga, juga di dalam dirinya…namun Adrian tidak merasa suasana ini akan berubah menjadi berbahaya…tidak ada alarm untuk mengawasi Dirga lebih jauh, atau pikiran bahwa Dirga akan bertindak serampangan yang membuatnya harus cepat kabur…entah kenapa…

Di saat bersamaan Adrian sebenarnya sedang mengata-ngatai dirinya bodoh. Dia sudah menanti-nantikan kesempatan seperti ini, dan sudah merencanakan serangkaian pertanyaan untuk menggiring jawaban yang akan mengungkap kedok si pelaku. Namun dari banyak pertanyaan itu, ketika berhadapan dengan orang yang paling dicurigainya, pertanyaan yang keluar dari mulutnya adalah, “Apa yang kamu tahu dari penyerangan itu…” yang begitu gampang dibaca oleh lawan.

Rupanya dia tidak seahli yang dia bayangkan, emosinya begitu mudah dibaca. Dan siapa juga yang tidak emosi bila berhadapan dengan orang yang menjadi dicurigainya paling kuat. Sekarang Adrian tidak yakin Dirga akan mengakui perbuatannya…

“Kenapa kamu berpikir aku pelakunya?” Dirga kembali mengulang pertanyaannya.

"Terus terang, kamu ada di daftar orang yang aku curigai," Adrian menjawab.

Dirga mengangkat alisnya, lalu menghela napas panjang. "Nggak heran. Aku sudah menduga hal ini akan terjadi. Tapi kamu punya hak berpikiran begitu setelah apa yang aku lakukan di masa lalu.”

“Lupakan apa yang terjadi di masa lalu. Aku ingin jawaban dari yang sekarang,” sergah Adrian dengan nada tinggi. “Apa kamu melakukannya?”

“Lagi-lagi pertanyaan bodoh, Adrian,” kata batinnya dengan kesal. “Pencuri mana mau mengakui perbuatannya bila dia benar-benar mencuri…apalagi dihadapkan pertanyaan macam itu…”

“Bukan aku orangnya,” Dirga merespon cepat.

Tuh, kan….

Adrian menatap Dirga dengan tajam, mencari tanda-tanda kebohongan. "Kenapa aku harus percaya padamu?"

Dirga menghela napas, ekspresinya berubah serius. "Dulu, aku marah. Sangat marah. Tapi kemudian aku sadar, semuanya adalah akibat dari kesalahanku sendiri. Artikelmu, meskipun menyakitkan, adalah benar. Aku melakukan plagiarisme. Aku malas dan mencoba mengambil jalan pintas, dan itu menghancurkan karirku. Aku tak bisa menyalahkanmu untuk itu."

“Dulu aku masih muda dan tidak pernah berpikir panjang. Dikuasai kemarahan dan hanya ingin menyakiti orang yang menyingkirkanku dari dunia yang memberiku segalanya; uang, penghargaan, harga diri…”

“Sudah kubilang, lupakan masa lalu. Aku tidak butuh mendengar itu darimu. Katakan apa kamu masih dendam sehingga kamu mencoba menembakku?”

Dirga tidak menatap Adrian, melainkan menundukkan kepala, menatap tangannya sendiri yang tampak kasar dan penuh luka kecil, “Menyerangmu waktu itu suatu kesalahan besar, aku baru menyesalinya kemudian. Aku sudah selesai dengan kebencian. Setelah keluar dari penjara, aku memutuskan untuk berhenti menyalahkan orang lain atas kesalahan yang kulakukan sendiri."

Lihat selengkapnya