CAHAYA DI BALIK BAYANG

Lewi Satriani
Chapter #22

Bab 22 : Pencarian Arti Hidup

Sessi temu konsultasi Sofia dan Adrian tempo hari memang gagal namun Sofia sudah memberikan jadwal baru, dan Adrian sungguh tidak sabar untuk bertemu Sofia sore ini karena seperti yang telah mereka obrolkan sebelumnya bahwa Sofia ingin melakukan sessi konsultasi secara santai di taman yang menjadi tempat kejadian perkara.

Seperti janji yang sudah ditentukan, keduanya bertemu di lobi kantor Adrian. Sofia mengenakan gaun terusan yang polos dan sederhana, satu-satunya ornamen yang menghiasi pakaiannya hanya renda yang terjahit rapi di tiap sisinya. Rambut panjangya yang biasa diurai kini diikat ekor kuda dan di tangannya tersampir tas tangan kecil. Beberapa orang yang berkeliaran di lobi menolehkan kepala, melirik Sofia dengan diam-diam karena gadis itu memang tampak berbeda…

“Aku sudah membaca artikelmu. Baru naik pagi tadi ya…tapi sepertinya views-nya sudah banyak banget,” Sofia menegurnya dengan senyum merekah.

“Masa?” Adrian mengangkat alis. “Aku sih nggak pernah ngintip berapa views dari hasil karyaku. Biasanya Mulyadi yang akan kasih tahu hasil akhirnya di meeting.”

“Aku yakin sebentar lagi kamu bakal dapat banyak undangan seminar atau TV yang ingin mewawancaraimu.”

Adrian tersenyum, “Mudah-mudahan nggak! Jujur, aku nggak terlalu suka ngomong di muka umum dan ditonton banyak orang.”

“Tamannya dekat sini?” Sofia bertanya.

“Tiga puluh meter…di sana…” Adrian menunjuk ke sisi bagian dalam bangunan yang menjadi kantor Jurnal Kota.

Adrian dan Sofia berjalan pelan di taman kota yang pernah menjadi saksi bisu peristiwa tragis dalam hidup Adrian. Matahari senja menyelimuti taman dengan cahaya keemasan, bayangan pepohonan menari pelan di atas tanah yang pernah menyerap darahnya. Meski udara terasa sejuk dan pemandangan di sekeliling mereka begitu damai, ada rasa tegang yang mengintai di balik kenangan Adrian.

Walaupun masalah penembakan itu sudah selesai bagi Adrian namun kenangan buruk masih tersisa jauh di dalam alam bawah sadarnya, itu membuat Adrian jadi senewen begitu berada di taman tersebut. Sofia menyadari perubahan itu dan mengelus punggung Adrian dengan lembut. Keduanya melanjutkan langkah mereka di bawah naungan pohon-pohon besar yang dedaunnya bergoyang lembut oleh angin sore.

Sofia menuntun langkah mereka menuju sebuah bangku kayu yang menghadap kolam kecil di tengah taman. Tempat itu sepi, hanya suara gemericik air yang menemani keheningan mereka. Sofia duduk, mengisyaratkan Adrian untuk melakukan hal yang sama. "Kamu ingat tempat ini?" tanyanya lembut, matanya mengamati wajah Adrian yang tampak memendam banyak beban.

Adrian mengangguk pelan, pandangannya tertuju ke kejauhan. "Bagaimana aku bisa lupa? Di sini semuanya berubah."

Sofia tersenyum samar, mencoba membawa percakapan ke arah yang lebih ringan. "Tapi sebelum semua itu terjadi, apa yang kamu ingat dari taman ini? Ada kenangan lain?"

Adrian terdiam, mencoba mengingat masa-masa ketika taman ini bukanlah tempat yang mengingatkannya pada luka. Ada satu hal sebenarnya, sesuatu yang berhubungan dengan Clara, namun dia tidak tahu apakah ini tidak berhubungan dengan luka yang lain…luka karena ditinggalkan Clara…

Lihat selengkapnya