CAHAYA DI BALIK BAYANG

Lewi Satriani
Chapter #30

Bab 30 : Kolose 3:13

 “Dimana aku?” Adrian bertanya-tanya dalam hati.

Adrian duduk di meja paling sudut dalam sebuah bangunan yang dipenuhi rak-rak buku tak berujung – yang mengingatkannya pada sebuah perpustakaan – dan menjulang tinggi hingga ke langit-langit, penuh dengan volume yang seakan menyimpan seluruh pengetahuan dan hikmah dunia. Cahaya lembut mengalir dari jendela besar, namun tidak ada sumber cahaya yang pasti. Pendaran cahaya putih menyilaukan juga berasal dari langit-langit yang anehnya tidak tampak dipasangi satu pun lampu atau LED.

Meskipun bangunan ini terkesan tua dan tidak mewah namun tetap ada nuansa megah yang dipancarkannya. Tempat ini bukanlah perpustakaan biasa—ia terasa seperti dimensi lain, sebuah ruang antara kenyataan dan mimpi. Dan di tengah-tengah ruangan didapatinya seorang pria sedang duduk di meja, tampak asyik membaca buku…

Lelaki tua yang sedang membaca itu sepertinya menyadari kehadiran Adrian. Dia melempar senyum dan melambai, menyuruh Adrian mendekat. Adrian mendekat dengan hati-hati, jantungnya berdegup kencang karena menyadari wajah lelaki tua yang ada di hadapannya itu mirip wajah Paus Yohanes Paulus II.

“Apakah aku sudah mati?” Adrian kembali membatin.

“Tidak Adrian, kamu belum mati,” jawab lelaki tua itu dengan senyum hangat. “Justru aku yang harus bertanya padamu…apa yang mengganggu hatimu sehingga kamu berada di sini?"

Adrian terdiam sejenak, mencoba mengumpulkan kata-kata. Dia tidak menyangka bisa bertemu dengan seorang figur yang begitu dihormati dalam hidup dan iman banyak orang, apalagi dalam kondisi yang tidak jelas ini. Hal lain yang membuat Adrian tak percaya kalau yang diajaknya bicara adalah Paus Yohanes Paulus II karena dia bicara dalam bahasa yang dimengerti olehnya. Bagaimana bisa?

Adrian tahu kalau Paus Yohanes Paulus II menguasai banyak bahasa. Selain bahasa Polandia sebagai bahasa ibu, ia fasih berbahasa Italia, Prancis, Spanyol, Portugis, Jerman, Inggris, dan Latin. Lelaki tua itu juga memiliki pemahaman yang baik terhadap bahasa-bahasa lain seperti Ukraina, Slovakia, Rusia, dan beberapa bahasa lainnya. Namun rasanya bahasa Indonesia bukanlah bahasa yang dikuasainya. Sebaliknya Adrian sendiri hanya bisa bahasa Indonesia dan Inggris. Dan yang diucapkan lelaki tua itu, yang juga didengarnya, jelas bukan bahasa Inggris…itu benar-benar bahasa Indonesia yang fasih…

“Tidak usah heran! Di tempat ini kita bisa berkomunikasi dengan orang dari Negara mana saja. Tidak ada batasan bahasa di sini…” kembali lelaki itu menegurnya padahal Adrian sedang tidak bicara kepadanya.

“Astaga, dia juga mengerti bahasa yang ada dalam kalbuku walau aku dari tadi ngomong sendiri,” Adrian berkata dengan kaget kepada dirinya sendiri.

“Memang, jadi lebih baik kamu mulai buka mulut supaya kita bicara dengan normal, layaknya manusia dengan manusia.”

"Bapa Suci… aku tidak tahu harus mulai dari mana…”

Lihat selengkapnya