CAHAYA DI BALIK BAYANG

Lewi Satriani
Chapter #34

Bab 34 : Pemulihan Bagi Clara

Satu perkara sudah selesai dengan Rizky, berikutnya adalah perkara yang tidak mudah…namun Adrian sadar dia harus melakukan ini, dia harus melalui ini, dia harus menyelesaikannya…apalagi ini adalah orang yang dia cintai…dan mungkin saat ini cinta itu masih dalam membekas di hatinya…

Adrian akhirnya memutuskan untuk pergi ke Medan, menelusuri jejak Clara yang sudah lama dia tinggalkan. Setelah mendapatkan informasi dari berbagai sumber, dia berhasil melacak tempat di mana Clara bekerja, yakni RS Charitas, sebuah rumah sakit swasta di pusat kota Medan.

Medan bukan kota yang asing bagi Adrian. Beberapa kali dia mendatangi kota ini untuk meliput berita kriminal atau politik, bahkan pernah tinggal selama hampir sebulan lamanya ketika menggali berita tentang pembunuhan Auditor perusahaan yang ditemukan di kebun sawit dan ternyata kasusnya menjadi besar karena pelakunya ternyata Dewan Direksi yang berusaha menyembunyikan kecurangan perusahaan. Banyak makanan kota Medan yang cocok di lidahnya dan hatinya selalu gembira bila kembali ke kota itu.

Namun hari ini suasananya berbeda. Dengan hati yang berat, dia melangkah memasuki rumah sakit itu, berharap bisa bertemu dengan Clara dan bisa mengakhiri semua yang belum selesai di antara mereka dengan baik-baik.

Rumah sakit tempat Clara bekerja adalah sebuah bangunan yang megah dan modern, terletak di pusat kota Medan. Ketika Adrian pertama kali masuk, dia disambut oleh suasana yang sibuk namun tertata rapi. Lobi rumah sakit luas dan terang, dengan lantai marmer yang bersih dan berkilau, serta dinding yang dihiasi dengan karya seni kontemporer yang memberikan nuansa tenang.

Area resepsionis berada di tengah lobi, dikelilingi oleh tanaman hijau yang memberikan kesan sejuk. Beberapa pasien dan keluarga tampak menunggu dengan sabar di deretan kursi yang nyaman. Layar informasi digital di sudut-sudut ruangan menampilkan jadwal dokter dan informasi penting lainnya. Di sekitar lobi, terdapat kafe kecil yang menawarkan makanan ringan dan minuman, tempat di mana staf rumah sakit dan pengunjung bisa bersantai sejenak.

Koridor-koridor yang mengarah ke berbagai unit dan bangsal rumah sakit juga bersih dan terang, dengan penerangan yang baik dan dinding yang dilapisi dengan warna-warna netral yang menenangkan. Aroma antiseptik khas rumah sakit terasa di udara, namun tidak terlalu menyengat. Ada suasana kesibukan namun tetap terorganisir, dengan dokter, perawat, dan staf lainnya yang berlalu-lalang, menjalankan tugas mereka dengan efisiensi.

Petugas rumah sakit yang dia tanyai, seorang gadis dengan seragam pengelola berwarna hijau, memberitahu bahwa Suster Clara baru saja selesai shift malam. Jadi saat ini masih ada di ruang ganti perawat di lantai lima namun akan keluar sebentar lagi. Sang petugas menunjuk bangku lobi bila Adrian bersedia menunggu karena semua perawat pasti akan keluar melalui pintu utama.

Adrian menunggu di lobi rumah sakit, perasaan gugup mulai merayapi dirinya. Beberapa menit kemudian, persis yang dikatakan si petugas rumah sakit sebelumnya, dilihatnya Clara masuk ke lobi dan berjalan ke arahnya, wajahnya yang ayu sedikit lelah, namun tetap menunjukkan ketenangan. Gadis itu terkejut melihat Adrian, tak menyangka laki-laki itu ada di tempat itu di pagi hari seperti ini, "Adrian? Kok kamu ada di sini?"

“Halo, Clara,” balas Adrian dengan canggung. “Aku sengaja mencarimu karena ingin bicara. Ada banyak hal yang perlu kita omongin.”

Lihat selengkapnya