Matahari mulai merendah, mengubah langit di atas pasar Azura menjadi nuansa oranye lembut. Keramaian mulai mereda, dan Livie merasakan kelegaan saat akhirnya dapat mengistirahatkan kaki yang lelah. Hari itu, Desmond—pria yang tak bisa dilupakan dari siang tadi—terus menghantui pikirannya.
Livie mengambil kesempatan untuk bersantai sejenak, duduk di bangku kecil di belakang stan. Bibi Elara sudah berangkat lebih awal untuk pulang, meninggalkan Livie sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan terakhir hari itu. Livie menyusun beberapa barang sisa dan memeriksa catatan penjualan, mencoba mengalihkan pikirannya dari Desmond.
Saat Livie sedang sibuk, suara langkah kaki yang akrab menarik perhatiannya. Dia menoleh dan melihat Desmond, yang tampaknya kembali ke pasar. Livie merasa jantungnya berdebar, penasaran apa yang akan dilakukan pria itu. Desmond mendekat dengan senyum ramah di wajahnya, membuat Livie merasa cemas sekaligus tertarik.
"Selamat sore, Livie," sapanya dengan suara dalam dan menenangkan. "Saya ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan Anda kemarin. Barang-barang Anda sangat menarik."
Livie terkejut mendengar namanya disebut, tetapi dia berusaha menjaga sikap profesional. "Selamat sore, Tuan Desmond. Terima kasih. Kami senang Anda menyukai barang-barang kami."